Halo-halo, para pencari berita dan drama politik di Indonesia!
Pilkada Serentak 2024 baru aja kelar dan, seperti biasa, gak ada acara politik tanpa bumbu-bumbu menggelitik.Â
Kali ini, yang lagi jadi trending topik adalah PDIP dengan tudingan mereka soal keterlibatan "Partai Coklat" dan dugaan politisasi bantuan sosial (bansos) buat menggiring suara ke calon-calon tertentu di Pilkada Serentak 2024.
Yuk, kita bedah lebih dalam tudingan ini biar gak ada dusta di antara kita!
Jadi ceritanya, Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, belum lama ini ngeluarin statement yang bikin warga negara mengerutkan alis dahi.
Katanya, ada keterlibatan "Partai Coklat" alias aparat kepolisian yang dituduh ngedukung calon-calon tertentu di Pilkada Serentak 2024.
Hasto bilang pelanggaran ini terstruktur, sistematis, dan masif (TSM) di berbagai daerah kayak Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Sumatera Utara, dan Sulawesi Utara.
Ini dia nih quote ala-ala Hasto:
"Demokrasi kita gak boleh diganggu gugat sama kepentingan kekuasaan yang haus. Kita harus lawan segala bentuk manipulasi yang merusak tatanan demokrasi kita."
Aduh, berasa kayak dialog di film action, ya.
Selain "Partai Coklat", PDIP juga ngangkat isu politisasi bansos. Bayangin, bansos yang seharusnya buat bantu rakyat malah dijadiin alat politik. Aduh, sedih banget gak sih?
Ini emang kudu kita sorotin, karena integritas dan etika dalam politik harus dijaga.
Nah, gak mau kalah, Presiden ke-7 kita, Joko Widodo alias Jokowi, langsung nanggepin tudingan ini dengan cool.
Dia bilang, gini:
"Kalau ada bukti, lapor aja ke Bawaslu atau MK. Jangan cuma menuding tanpa dasar."
Jokowi ngingetin kalau proses Pilkada ada mekanismenya, jadi semua harus dibuktikan secara hukum.
Di lain sisi, Habiburokhman dari Gerindra yang juga Ketua Komisi III DPR, langsung bilang kalau tudingan ini hoaks.
Menurut dia, gak mungkin banget Kapolri pakai institusinya buat politik praktis.
Katanya:
"Kapolri itu profesional, gak mungkin terlibat politik kayak gitu,"
Isu ini jelas bikin suhu politik makin mendidih, apalagi di momentum Pilkada Serentak 2024.Â
Masyarakat pasti berharap Pilkada kemarin bisa berjalan dengan jujur dan adil. Tapi, dengan adanya tudingan ini, kepercayaan publik gak nutup kemungkinan bisa aja terganggu.
Nah, kalau kita bahas lebih dalam, keterlibatan "Partai Coklat" dan politisasi bansos ini mencerminkan berbagai kompleksitas dalam demokrasi kita di negeri ini.
Penggunaan aparat negara buat kepentingan politik bisa ngerusak tatanan demokrasi. Politisasi bansos? Aduh, itu sama aja kayak ngasih harapan palsu buat masyarakat.
Kasian kan?
Fenomena kayak gini bukan barang baru di politik Indonesia. Dari dulu, kita sering dengar ada intervensi buat menangkan calon tertentu.
Tapi sekarang, dengan teknologi dan media sosial, informasi kayak gini cepat banget nyebar dan bisa pengaruhin opini publik.
Nah, buat ngadepin tudingan kayak gini, semua pihak harus tetap tenang dan cari bukti kuat sebelum bikin pernyataan.
Demokrasi yang sehat butuh transparansi dan akuntabilitas. Kalau ada pelanggaran, harus diusut tuntas biar keadilan bisa tegak lurus.
Masyarakat juga harus lebih kritis menyikapi isu-isu politik. Jangan gampang terpengaruh informasi yang belum tentu benar.
Peran media juga penting banget buat kasih informasi yang akurat dan berimbang. Jadi, gimana hasil akhir Pilkada Serentak 2024?
Kira-kira bakal pengaruhin peta politik di Indonesia gak buat kedepannya? Biarkan Akun Fufufafa saja yang menjawab.
Yang jelas, kita semua berharap demokrasi di Indonesia bisa berjalan di jalur yang jujur, adil, dan bermartabat.
Penulis: Firasat Nikmatullah
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI