Andi Sudirman Sulaiman-Fatmawati Rusdi di Sulawesi Selatan menang dengan perolehan suara yang juga tinggi.
Tapi, Jakarta ternyata beda cerita.
Pasangan Ridwan Kamil-Suswono harus mengakui keunggulan Pramono Anung-Rano Karno yang berhasil meraih suara lebih dari 50 persen.
Hasil quick count dari Charta Politika Indonesia menunjukkan bahwa Pramono-Rano unggul dengan 50,08 persen suara, sementara Ridwan Kamil-Suswono hanya memperoleh sekitar 39 persen.
Selisih yang cukup signifikan ini menunjukkan bahwa Jakarta masih jadi medan laga yang susah bagi jagoan Jokowi.
Nah, kalau kita analisis sedikit, hasil quick count Pilkada 2024 menunjukkan bahwa pengaruh Jokowi masih sangat kuat di banyak provinsi di Indonesia.
Jokowi yang dikenal sebagai mantan presiden dengan basis massa yang kuat, mampu mendorong calon-calon yang didukungnya untuk meraih kemenangan.
Ini mungkin karena reputasi positif yang telah dibangunnya selama masa jabatannya, serta jaringan politik yang solid.
Di sisi lain, kegagalan di Jakarta bisa diinterpretasikan sebagai pesan dari pemilih Jakarta yang ingin perubahan.
Jakarta, sebagai ibu kota negara, selalu jadi barometer politik nasional.
Kemenangan Pramono Anung-Rano Karno bisa jadi mencerminkan keinginan masyarakat Jakarta untuk mencari alternatif dari dominasi politik Jokowi.