Di sisi lain, ada Yunarto Wijaya dari Charta Politika yang kasih saran agak beda.
Dia bilang, "Ridwan Kamil mestinya lebih sering turun ke masyarakat, ketimbang cari dukungan tokoh besar. Strategi ini bisa jadi bumerang loh, kalau gak hati-hati."
Wah, Yunarto ini pinter juga ya, bikin analogi yang asik. "Ini kayak main bola tapi cuma ngandelin pemain bintang, padahal timnya gak kompak," katanya.
Ridwan Kamil sendiri tetep optimis, bro! Dia yakin kalau dukungan Jokowi dan Prabowo ini bakal jadi dorongan semangat buat dia.
"Kami bersahabat lama dengan Pak Jokowi, dan dukungan ini sangat berarti bagi kami," katanya penuh harap. "Ini kayak dapet suntikan semangat di tengah pertandingan yang sengit."
Eh, tau gak? Masyarakat Jakarta juga gak kalah bingungnya sama drama politik ini.Â
Banyak yang merasa kalau dukungan dari tokoh-tokoh besar gak selalu mencerminkan apa yang mereka butuhkan.
"Kita butuh pemimpin yang benar-benar peduli sama rakyat, bukan cuma yang didukung tokoh besar," ujar seorang warga jakarta yang enggan disebutkan namanya. "Ini kayak beli kucing dalam karung, gak tau isinya apa."
Nah, buat kalian yang masih bingung, mari kita coba pahami. Kenapa sih, tokoh besar selalu merasa perlu terlibat dalam setiap pilkada? Apa karena mereka merasa punya pengaruh besar?
Atau justru karena mereka ingin tetap relevan di mata masyarakat? Coba deh, pikirin lagi. Ini bisa jadi karena mereka merasa tanggung jawab moral atau ya, sekedar menjaga jaringan politik mereka.