Mohon tunggu...
Firasat Nikmatullah
Firasat Nikmatullah Mohon Tunggu... Penulis - @sekjend.kafir

Aku adalah apa yang kamu pikirkan

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Tan Malaka: Sepak Bola, Revolusi dari Pinggir Lapangan

20 November 2024   17:30 Diperbarui: 20 November 2024   17:32 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hei, bro! pernah dengar nama Tan Malaka?

Kalau belum, bayangin aja beliau seorang tokoh pahlawan nasional yang nggak cuma cerdas tapi juga punya pandangan out of the box.

Banyak yang kenal dia sebagai sosok revolusioner, tapi cuma segelintir orang yang tau kalo dia punya pandangan yang keren soal sepak bola.

Serius, sepak bola! Yuk, kita kupas bareng gimana sepak bola menurut Tan Malaka bisa jadi alat perjuangan.

Bayangin aja lo lagi nonton bola di stadion. Suasana heboh, teriakan penonton bikin merinding.

Tapi kali ini, kita nggak cuma nonton buat dukung Timnas melawan Saudi Arab di stadion Gelora Bung Karno. 

Oiya, hari ini tanggal berapa sih? 2-0 ya guys.

Coba deh lihat dari sudut pandang Tan Malaka yang bilang kalau sepak bola itu bisa banget jadi alat buat ngelawan penjajahan.

Kok bisa? Yuk, kita bahas sambil menikmati kemenangan dan pastinya sambil ditemani kopi hitam. 

Dribbling di Tengah Perjuangan

Di masa penjajahan dulu, Tan Malaka nggak cuma mikirin strategi perang. Dia juga lihat sepak bola sebagai alat perjuangan.

Serius, di lapangan bola, semua orang itu setara. Nggak ada kelas sosial. Semua pemain berjuang buat satu tujuan: menang.

Menurut Tan, konsep ini mirip banget dengan visinya tentang persatuan dan kesetaraan. Ketika masyarakat ngumpul buat nonton bola, ada semangat kebersamaan yang terpupuk.

Sorak-sorai dari tribun itu ibarat benih perlawanan. Tan juga bilang, sepak bola bisa melatih disiplin dan strategi.

Di lapangan, pemain harus kerja sama, ikut rencana, dan fokus meski ditekan lawan. Kemampuan ini kalau diterapkan di medan perjuangan bisa jadi kekuatan dahsyat.

Selain itu, di tengah keseriusan perjuangan, sepak bola bisa jadi hiburan yang menyegarkan. Jadi, nggak salah kan kalau bola jadi semacam 'pelarian' yang produktif?

Tapi jangan salah, pandangan Tan Malaka ini bukan sekadar romantisme. Dia melihat sepak bola dengan kritis, sebagai alat pemberdayaan rakyat.

Di era sekarang, kita tahu lah sepak bola sering jadi komoditas alat politik. Tapi pandangan Tan bisa jadi pengingat bahwa olahraga ini punya potensi lebih dari sekadar tontonan.

Bisa jadi alat edukasi, kebersamaan, dan bahkan perjuangan sosial. Tan Malaka ngajarin kita buat nggak meremehkan potensi-potensi kecil di sekitar kita.

Sepak bola, yang mungkin bagi sebagian orang cuma permainan, bisa jadi alat perubahan besar kalau dipakai dengan strategi yang tepat.

Tan Malaka telah meninggalkan warisan pemikiran yang keren. Pandangannya tentang sepak bola sebagai alat perjuangan adalah salah satu yang paling menarik.

Di tengah gemuruh industri olahraga yang sekarang penuh komersialisme, kita diingatkan bahwa pada intinya, olahraga itu tentang kebersamaan dan perjuangan.

Sebuah pertandingan sepak bola bisa jadi cerminan perjuangan sehari-hari. Seperti kata Tan Malaka, setiap tendangan bola adalah langkah menuju kemerdekaan.

Jadi, setiap kali kamu nonton bola, ingatlah bahwa di balik sorak-sorai stadion, ada semangat juang yang tak lekang oleh waktu.

Seperti Tan Malaka melihat dunia, dengan pandangan yang selalu mencari peluang untuk memberdayakan dan memajukan bangsa.

Penulis: Firasat Nikmatullah 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun