Di lain sisi, ada yang memuji tindakan Gibran sebagai bentuk empati kepada rakyat. Dengan turun langsung ke pasar, ia bisa melihat dan mendengar keluhan masyarakat secara langsung, sesuatu yang kadang sulit dijangkau oleh para pejabat.
Blusukan ke pasar bisa menjadi cara efektif untuk memahami kebutuhan dan masalah masyarakat dari dekat. Namun, tetap saja, pertanyaan besar yang muncul adalah: Apakah tindakan Gibran ini tepat dilakukan di tengah kesibukan Akmil?
Banyak yang merasa bahwa disiplin di Akmil harus diutamakan, tanpa terkecuali. Blusukan bisa dilakukan di waktu yang lebih tepat, tanpa harus mengganggu kegiatan di Akmil.
Kisah Gibran yang kabur dari Akmil untuk blusukan ke pasar ini memberikan kita banyak hal untuk direnungkan. Di satu sisi, kita melihat keinginan Gibran untuk lebih dekat dengan masyarakat.
Di sisi lain, kita juga harus mempertimbangkan pentingnya disiplin dan tanggung jawab di dalam institusi militer. Mungkin, ke depannya, Gibran bisa menemukan keseimbangan antara keduanya.
Bagaimanapun juga, kejadian ini mengingatkan kita bahwa di balik segala aturan dan disiplin, empati dan kedekatan dengan masyarakat tetaplah penting.
Harapannya, blusukan ini bisa memberikan manfaat nyata bagi masyarakat, tanpa mengganggu tanggung jawab dan kewajiban di tempat lain.
Akhir kata, blusukan Gibran ke pasar mungkin sekadar jalan-jalan biasa, tapi ternyata bisa jadi bahan cerita yang bersejarah dan penuh makna.
Penulis: Firasat NikmatullahÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H