Bayangkan sebuah negara di mana peran Ibu Negara tidak ada. Di era Prabowo Subianto, pertanyaan ini menjadi relevan.
Tanpa kehadiran seorang Ibu Negara, siapa yang akan menangani tugas-tugas penting yang biasanya diemban oleh sosok ini?
Di Indonesia, peran Ibu Negara sering kali lebih dari sekadar pendamping Presiden. Ibu Negara biasanya terlibat dalam berbagai kegiatan sosial, budaya dan kemanusiaan.
Mereka menjadi wajah dari berbagai program kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan sosial. Namun, di era Prabowo Subianto, kita dihadapkan pada situasi yang berbeda.
Prabowo Subianto, seorang tokoh militer yang tegas dan berwibawa, mungkin memiliki pendekatan yang berbeda dalam menangani tugas-tugas yang biasanya diemban oleh Ibu Negara.
Tanpa kehadiran seorang Ibu Negara, siapa yang akan mengambil alih peran ini? Apakah tugas-tugas ini akan diserahkan kepada kementerian terkait atau mungkin ada sosok lain yang akan muncul sebagai pengganti Ibu Negara?
Salah satu kemungkinan adalah peran Ibu Negara akan diambil alih oleh kementerian-kementerian yang relevan. Misalnya, Kementerian Sosial dapat mengambil alih program kesejahteraan sosial, sementara Kementerian Kesehatan dapat menangani program kesehatan.
Namun, apakah ini cukup? Apakah masyarakat akan merasa kehilangan sosok Ibu Negara yang dapat mereka jadikan panutan dan inspirasi?
Di sisi lain, mungkin saja ada sosok lain yang akan muncul sebagai pengganti Ibu Negara. Bisa jadi, seorang tokoh masyarakat atau selebriti yang memiliki pengaruh besar akan mengambil alih peran Ibu Negara.
Mereka dapat menjadi wajah dari berbagai program dan kegiatan sosial, memberikan inspirasi dan dukungan kepada masyarakat.