Mohon tunggu...
Firas Andhika
Firas Andhika Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Perikanan

keep going keep growing

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Semerbak Harmoni Ikan Asin Peda

18 Desember 2020   00:04 Diperbarui: 18 Desember 2020   00:11 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh    : Firas Andhika Putra 1) dan Junianto 2)

1). Mahasiswa Program Studi Perikanan Unpad

2). Dosen Program Studi Perikanan Unpad

Bandung. Rumah makan sunda kurang lengkap rasanya apabila tidak ada menu ikan asin. Ya, ikan asin! Orang sunda sangat "menyembah" ikan asin Apalagi dengan ikan yang satu ini-Ikan asin peda yang aromanya nikmat dan rasanya? Tentu, menggoyang lidah!. Cocok disajikan dengan lalap, nasi panas, tak lupa dicocol sambal.

Peda-memiliki tempat sendiri di hati konsumennya. Peda tidak memandang tua, muda, kaya, dan miskin. Karena peda akan selalu mengingatkan pada rumah, kampung halaman dan kebersamaan.

Indonesia kita tercinta termasuk negara maritim dengan potensi sumber daya perikanan yang melimpah ruah. Kondisi tersebut memberikan dampak positif bagi negara dan masyarakat yaitu sebagai penghasil devisa, penyerapan tenaga kerja serta nilai tambah produk.

Seperti yang kita tau bahwa sebagian besar produksi ikan merupaka ikan segar. Ada kalanya produksi yang melimpah tersebut tidak terserap oleh pasar. Sedangkan ikan merupakan produk yang mudah rusak atau busuk (perishable) . 

Oleh karena itu, untuk mengatasi sifat ikan yang mudah membusuk diperlukan usaha untuk meningkatkan daya simpan dan daya awet produk perikanan melalui pengolahan lanjutan seperti pengawetan dan fermentasi.

Ikan peda merupakan olahan ikan kembung yang difermentasi setelah dilakukan penggaraman. Teknik yang dipakai masihlah sederhana dan tidak memerlukan peralatan canggih. 

Pada dasarnya fermentasi pada ikan peda hanya memanfaatkan bakteri yang terdapat pada tubuh ikan itu sendiri. Hal ini berbeda dengan produk-produk fermentasi semacam yoghurt, keju, dan tempe. 

Jika ketiga contoh produk tersebut memiliki rasa yang hampir sama, maka tidak berlaku pada ikan peda. Setiap ikan peda rasanya tidak sama satu dengan lainnya karena banyaknya jenis bakteri fermentasi yang berkembang biak pasti berbeda.

Biasanya peda yang disukai oleh konsumen memiliki tekstur daging masir dan berwarna merah atau kata orang sunda mah, peda beureum. Produk olahan ini juga memiliki aroma yang khas spesifik disebabkan oleh kandungan senyawa yang berubah akibat proses fermentasi. Apabila peda ini digoreng maka akan mengeluarkan harmoni yang membuat perut orang-orang lewat keroncongan seketika.

Diversifikasi ikan kembung menjadi peda memberikan nilai tambah lebih dibandingkan ikan kembung dalam bentuk segar. Ikan kembung dihargai Rp. 26.500 - 30.000 per kilogram. Sedangkan peda sendiri dapat mencapai harga Rp 35.000 per setengah kilonya.

Peda memiliki potensi pasar yang luas. Banyak ibu-ibu rumah tangga yang mencari peda sebagai lauk pauk untuk keluarganya. Juga peda ini sangat cocok dimakan oleh orang-orang yang benci bau amis dari ikan. 

Produksi dan pemasaran peda sudah tersebar luas di seluruh penjuru Indonesia, baik yang sudah memiliki perizinan maupun belum. Meskipun begitu, tidak sedikit pula industri peda masih terkendala dalam hal HACCP karena berskala rumah tangga.

Kegiatan pemasaran yang telah dilakukan melalui dua cara yaitu secara online dan offline. Penjualan lebih banyak dilakukan secara offline dengan berjualan di pasar atau sistem konsinyasi di warung-warung. Hal ini dikarenakan sifat produk yang mudah rusak. Apabila menempuh perjalan cukup lama, maka barang akan rusak sebelum sampai di tangan konsumen.

Saat ini, produk olahan peda telah berkembang lebih jauh lagi. Bukan hanya digoreng saja, tetapi peda juga dapat ditumis atau dibakar. Bagi orang yang tidak menyukai rasa asin, maka dapat mencoba inovasi dari ikan peda dengan pengurangan kadar garam. Sehingga tingkat keasinan peda akan pas di lidah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun