Mohon tunggu...
Fira Puspita
Fira Puspita Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa aktiv uin sunan ampel surabaya program studi pendidikan islam anak usia dini

untuk tugas mata kuliah perkembangan moral dan agama

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Membangun Moral dan Agama Anak Usia Dini di Era Digital: Perspektif Pembelajaran Berbasis Teknologi

3 Desember 2024   22:29 Diperbarui: 3 Desember 2024   22:36 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan era digital telah membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan anak usia dini. Dalam konteks pendidikan, teknologi menawarkan peluang yang belum pernah ada sebelumnya untuk meningkatkan cara kita mengajarkan nilai-nilai moral dan agama kepada anak-anak. Berdasarkan penelitian terbaru, sekitar 85% anak berusia 4 hingga 6 tahun di perkotaan telah terpapar teknologi sejak usia dini (Pusat Studi Anak Digital Indonesia, 2024). Fenomena ini menciptakan peluang sekaligus tantangan dalam pembentukan moral dan nilai agama anak. Penggunaan teknologi yang bijak dapat menjadi sarana untuk menyampaikan nilai-nilai agama dengan cara yang menarik dan interaktif. Namun, di sisi lain, ada risiko yang dapat mengganggu perkembangan sosial dan emosional anak. Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan pendekatan pendidikan yang adaptif, di mana teknologi tidak hanya berfungsi sebagai alat hiburan, tetapi juga sebagai media untuk menanamkan nilai-nilai spiritual dan moral yang esensial. Pertanyaannya adalah, bagaimana cara mengintegrasikan teknologi dalam pendidikan moral dan agama sambil tetap menjaga keseimbangan perkembangan anak?

Di lingkungan TK Islam Nurul Hidayah Surabaya, penggunaan teknologi dalam pembelajaran agama telah menunjukkan dampak positif. Para guru melaporkan bahwa anak-anak menunjukkan antusiasme yang tinggi dalam belajar melalui aplikasi Islami, seperti game edukasi yang mengajarkan doa harian dan video cerita nabi. Misalnya, aplikasi 3D untuk praktik wudhu membantu anak-anak memahami langkah-langkahnya dengan cara yang interaktif dan menyenangkan. Penggunaan teknologi ini tidak hanya membuat pembelajaran menjadi lebih menarik, tetapi juga memungkinkan anak-anak untuk belajar dengan cara yang sesuai dengan gaya belajar mereka.

Namun, tidak semua institusi pendidikan mampu memanfaatkan teknologi secara optimal. Tantangan yang sering dihadapi meliputi kurangnya pengetahuan guru tentang media digital, keterbatasan akses teknologi, serta kekhawatiran orang tua terhadap dampak negatif gadget. Di banyak daerah, akses terhadap teknologi masih terbatas, sehingga tidak semua anak dapat merasakan manfaat dari pembelajaran berbasis teknologi. Selain itu, ada risiko ketergantungan pada perangkat digital yang dapat mengurangi interaksi sosial anak. Anak-anak usia dini berada pada tahap pra-operasional menurut Jean Piaget, di mana mereka cenderung berpikir egosentris, sehingga sulit memahami konsep abstrak seperti berbagi atau rasa syukur. Tanpa bimbingan yang tepat, penggunaan teknologi dapat berpotensi menjadi distraksi yang memperburuk perilaku anak.

Syekh Yusuf Al-Qardhawi dalam karyanya tentang Pendidikan Islam di Era Digital menekankan pentingnya teknologi sebagai sarana (wasilah) pendidikan Islam. Ia berargumen bahwa teknologi dapat memperkaya metode pengajaran tanpa menghilangkan esensi nilai-nilai Islam. Misalnya, aplikasi Virtual Reality yang mengenalkan Masjidil Haram dapat membantu anak memahami pentingnya ibadah haji secara visual dan interaktif. Hal ini sejalan dengan prinsip pendidikan yang mengutamakan pengalaman langsung dan interaksi.

Menurut teori Multiple Intelligences yang dikemukakan oleh Howard Gardner, teknologi mampu mengakomodasi berbagai gaya belajar anak, seperti visual, auditori, dan kinestetik. Anak-anak dengan gaya belajar visual dapat belajar doa melalui animasi, sementara anak auditori dapat mendengarkan cerita nabi melalui podcast Islami. Pendekatan ini tidak hanya membuat pembelajaran lebih menarik, tetapi juga lebih efektif, karena dapat disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing anak. Dengan memanfaatkan teknologi, pendidik dapat mengembangkan materi pembelajaran yang lebih bervariasi, sehingga anak-anak tidak merasa bosan dan lebih terlibat dalam proses belajar.

Pendekatan ini juga sejalan dengan teori moral yang dikemukakan oleh Lawrence Kohlberg, di mana anak usia dini berada pada tahap moralitas pra-konvensional. Pada tahap ini, mereka memahami moralitas melalui konsekuensi langsung, seperti imbalan atau hukuman. Dalam konteks ini, teknologi dapat digunakan untuk menciptakan sistem penghargaan digital yang mendorong perilaku baik. Misalnya, aplikasi jadwal ibadah yang memberikan poin untuk setiap tugas ibadah yang diselesaikan dapat menjadi motivasi bagi anak-anak untuk berperilaku baik. Dengan cara ini, anak-anak dapat belajar tentang pentingnya tindakan baik dan konsekuensi dari setiap tindakan yang mereka lakukan.

Untuk mengatasi tantangan dan memaksimalkan potensi teknologi, beberapa solusi berikut dapat diterapkan:

Penggunaan Media Digital Interaktif

Digital Storytelling Islami: Kisah nabi atau ajaran moral dikemas dalam bentuk animasi dan e-book interaktif, sehingga menarik perhatian anak. Dengan cara ini, anak-anak dapat belajar sambil bermain, yang akan membuat mereka lebih mudah mengingat nilai-nilai yang diajarkan. Digital storytelling juga dapat melibatkan elemen interaktif, di mana anak-anak dapat memilih jalannya cerita, sehingga mereka merasa lebih terlibat dan memiliki kontrol atas pengalaman belajar mereka.

Aplikasi Islami: Game edukasi seperti "Belajar Islam Bersama" yang mengajarkan doa harian dan kisah islami dengan cara yang menyenangkan dan interaktif. Aplikasi ini dapat dirancang dengan elemen gamifikasi yang membuat anak-anak merasa terlibat dan termotivasi untuk belajar lebih banyak. Selain itu, aplikasi ini dapat menyediakan fitur untuk orang tua, sehingga mereka dapat memantau kemajuan anak dan terlibat dalam proses belajar.

Integrasi dengan Kurikulum Sekolah

Pelatihan Guru: Mengadakan pelatihan untuk guru agar mereka dapat mengoptimalkan penggunaan teknologi dalam pembelajaran. Pelatihan ini harus mencakup cara-cara untuk mengintegrasikan teknologi dengan metode pengajaran yang sudah ada, sehingga guru dapat lebih percaya diri dalam menggunakan alat digital. Selain itu, pelatihan juga dapat mencakup cara untuk mengevaluasi efektivitas penggunaan teknologi dalam pembelajaran.

Program Pembelajaran Berbasis Teknologi: Menciptakan Virtual Learning Group untuk diskusi nilai-nilai agama, sehingga anak dapat belajar secara kolaboratif. Program ini dapat melibatkan orang tua dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih luas dan mendukung. Dengan melibatkan berbagai pihak, anak-anak dapat belajar dari pengalaman dan perspektif yang berbeda, yang akan memperkaya pemahaman mereka tentang nilai-nilai agama.

Penguatan Peran Orang Tua

Parental Control System: Menggunakan sistem kontrol orang tua untuk memfilter konten negatif yang dapat diakses anak. Ini penting untuk memastikan bahwa anak-anak hanya terpapar pada konten yang sesuai dengan usia dan nilai-nilai yang ingin ditanamkan. Orang tua juga dapat diberikan panduan tentang cara menggunakan teknologi secara bijak dan mendiskusikan dengan anak-anak tentang konten yang mereka konsumsi.

Refleksi Harian: Mengajak anak untuk melakukan refleksi harian bersama, guna menanamkan nilai empati dan rasa syukur. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara mendiskusikan pengalaman sehari-hari dan bagaimana anak dapat menerapkan nilai-nilai moral dalam kehidupan mereka. Dengan cara ini, anak-anak dapat belajar untuk menghargai pengalaman mereka dan memahami pentingnya nilai-nilai yang diajarkan.

Keseimbangan Penggunaan Teknologi

Manajemen Waktu Digital: Menyusun jadwal penggunaan teknologi yang terstruktur, sehingga anak-anak tidak hanya terfokus pada perangkat digital. Jadwal ini harus mencakup waktu untuk belajar, bermain, dan berinteraksi dengan teman-teman serta keluarga. Dengan cara ini, anak-anak dapat belajar untuk mengelola waktu mereka dengan baik dan memahami pentingnya keseimbangan antara kegiatan online dan offline.

Aktivitas Offline: Mengadakan aktivitas offline yang mendukung interaksi sosial, seperti bermain bersama teman atau keluarga. Aktivitas ini penting untuk mengembangkan keterampilan sosial anak dan memastikan bahwa mereka tidak kehilangan kemampuan untuk berinteraksi secara langsung. Kegiatan seperti bermain di luar ruangan, berpartisipasi dalam kegiatan komunitas, atau melakukan proyek seni bersama dapat membantu anak-anak mengembangkan keterampilan sosial dan emosional yang penting.

Integrasi teknologi dalam pendidikan moral dan agama anak usia dini merupakan kebutuhan di era digital. Teknologi, jika digunakan dengan bijak, dapat menjadi alat yang efektif untuk membangun karakter anak yang berakhlak mulia. Namun, keberhasilannya memerlukan kolaborasi erat antara guru, orang tua, dan pembuat kebijakan pendidikan. Dengan pendekatan yang adaptif dan berimbang, kita dapat memanfaatkan teknologi untuk menciptakan generasi yang cerdas secara digital dan kokoh secara moral. Melalui upaya bersama, kita dapat memastikan bahwa anak-anak tidak hanya menjadi pengguna teknologi yang baik, tetapi juga individu yang memiliki nilai-nilai moral yang kuat dan mampu berkontribusi positif bagi masyarakat. Dengan demikian, pendidikan moral dan agama yang berbasis teknologi dapat menjadi fondasi yang kuat bagi perkembangan karakter anak di era digital ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun