Dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan media sosial di kalangan remaja telah mengalami pertumbuhan yang signifikan. Platform seperti Instagram, TikTok, dan Snapchat telah menjadi bagian yang penting dalam kehidupan sehari-hari mereka. Meskipun media sosial menawarkan banyak manfaat, seperti memudahkan komunikasi, berbagi kreativitas, dan mencari informasi, kita tidak bisa menutup mata terhadap dampak negatifnya, terutama bagi remaja yang berada dalam masa perkembangan emosional dan psikologis yang rentan.
Salah satu efek negatif yang paling menonjol adalah peningkatan masalah kesehatan mental. Studi menunjukkan bahwa paparan berlebihan terhadap media sosial dapat memicu perasaan cemas, rendah diri, dan depresi pada remaja. Fitur "likes" atau jumlah pengikut di media sosial sering dijadikan tolok ukur popularitas dan harga diri. Ketika seseorang tidak mendapatkan cukup perhatian, mereka bisa merasa tidak berharga.Â
Selain itu, media sosial kerap menampilkan gambaran kehidupan yang sempurna, sehingga remaja bisa merasa tertekan untuk hidup sesuai dengan standar yang tidak realistis. Mereka bisa terjebak dalam perbandingan sosial yang merusak, membandingkan diri dengan individu lain yang terlihat lebih sukses, cantik, atau bahagia.
Cyberbullying juga merupakan masalah serius dalam dunia media sosial. Remaja sering kali menjadi target komentar negatif, penghinaan, atau pelecehan online, yang dapat memengaruhi rasa aman dan kesejahteraan psikologis mereka.Â
Berdasarkan pada pengertian cyberbullying dapat dikatakan bahwa ini merupakan jenis pelecehan yang terjadi secara online, membedakannya dari pemerkosaan tradisional yang biasanya terjadi di dunia nyata.Â
Dengan penyebaran teknologi dan penggunaan media sosial yang semakin luas, kasus cyberbullying semakin meningkat dan menjadi masalah serius yang mempengaruhi banyak orang, terutama generasi muda. Meskipun tidak ada batasan geografis dalam cyberbullying, dampaknya dapat sangat merusak bagi korban yang merasa terisolasi dan tidak memiliki dukungan yang memadai. Hal ini memerlukan perhatian serius dan upaya bersama untuk mencegah dan mengatasi masalah ini.Â
Dampak dari cyberbullying bisa sangat merusak, mulai dari hilangnya kepercayaan diri hingga munculnya pikiran untuk bunuh diri.
Selain berdampak pada kesehatan mental, media sosial juga bisa mempengaruhi kebiasaan sosial dan akademis remaja. Terlalu sering menggunakan media sosial dapat mengganggu aktivitas sehari-hari seperti belajar, tidur, dan berinteraksi langsung dengan keluarga atau teman.Â
Banyak remaja mengakui bahwa penggunaan media sosial mengganggu fokus belajar di sekolah dan mengurangi waktu tidur karena kebiasaan terlalu lama menatap layar ponsel pada malam hari. Ini tidak hanya berdampak pada kinerja akademis mereka, tetapi juga pada kualitas hubungan mereka dalam kehidupan sehari-hari.
 Ketergantungan pada interaksi digital juga dapat menghambat kemampuan untuk mengembangkan keterampilan sosial yang sehat, seperti berkomunikasi tatap muka dan membangun hubungan yang mendalam.
Terakhir, media sosial juga memudahkan akses remaja ke konten yang tidak pantas atau berbahaya. Meskipun beberapa platform menerapkan batasan usia dan moderasi konten, remaja masih dapat mengakses atau berinteraksi dengan konten negatif seperti kekerasan, pornografi, atau ideologi ekstrem. Akses yang tidak terbatas ini bisa menciptakan pandangan yang salah tentang dunia dan mendorong remaja untuk perilaku yang tidak sehat.