Mohon tunggu...
Syafira Kurnia
Syafira Kurnia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Waspadai "Silent Killer" dalam Kemasan Air Minum!

8 Desember 2024   21:45 Diperbarui: 8 Desember 2024   22:04 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Ilustrasi Air Minum dalam Kemasan (Sumber: freepik.com)

Belakangan ini, isu tentang BPA dalam air minum semakin ramai diperbincangkan. Kandungan BPA pada kemasan plastik disebut-sebut berpotensi memicu berbagai gangguan kesehatan, termasuk risiko kanker. Kekhawatiran masyarakat semakin meningkat, terutama jika membayangkan air minum yang seharusnya aman dikonsumsi sehari-hari bisa menjadi "silent killer".

Bisphenol A atau yang lebih dikenal dengan BPA adalah senyawa kimia sintetis yang banyak digunakan dalam pembuatan plastik keras dan resin epoksi. Biasanya, BPA ditemukan pada galon air mineral, botol plastik, hingga wadah makanan kaleng. Sifatnya yang tahan lama dan murah membuat BPA menjadi bahan favorit di industri. Namun, sifatnya sebagai endokrin disruptor, yang dapat mengganggu keseimbangan hormon tubuh, menjadi alasan utama mengapa BPA banyak dikritisi. Menurut Almeida et al. (2018), BPA memiliki karakteristik fisik berupa padatan kristal putih, stabil pada suhu ruang, dengan titik leleh 156°C dan titik didih 220°C. Masalah muncul ketika kemasan plastik yang mengandung BPA terkena suhu tinggi atau digunakan terlalu lama, yang menyebabkan BPA berpindah ke makanan atau minuman yang kita konsumsi. BPA adalah salah satu senyawa kimia yang banyak diproduksi di dunia, dengan produksi tahunan mencapai lebih dari 6 juta ton.

Berdasarkan penelitian Faadhilah dan Tiitraresmi (2023), tingkat perpindahan BPA dari kemasan yang terpapar suhu 100°C ke air mineral 55 kali lipat lebih tinggi dibandingkan saat terpapar air pada suhu 20°C. Perpindahan BPA ke dalam minuman juga dapat meningkat apabila kemasan galon tersebut digunakan secara terus menerus. Hal tersebut terjadi karena terjadinya peningkatan permeabilitas dinding wadah yang menyebabkan air lebih menempel pada dinding galon sehingga air yang nantinya akan dikonsumsi akan lebih banyak tercemar BPA. Sehingga BPA dapat larut ke dalam air, terutama ketika plastik terpapar suhu tinggi atau saat digunakan dalam jangka waktu yang lama.

Berapa batas aman BPA dalam kemasan?

BPA yang luruh ke dalam air dapat menimbulkan zat karsinogenik dan hal ini sudah diteliti sejak beberapa tahun yang lalu dengan catatan pada kadar tertentu. Batas maksimal kandungan BPA yang diperbolehkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat atau Food and Drug Administration (FDA) adalah sekitar 5 µg/kg berat badan per hari. Otoritas Keamanan Pangan Eropa atau European Food Safety Authority (EFSA) menetapkan ambang batas aman BPA yaitu 4 µg/kg berat badan per hari, artinya jika seseorang memiliki berat badan 50 kg maka batas aman BPA yang dapat ditoleransi oleh tubuh adalah 200 µg per hari. Berbeda jauh dengan ambang batas BPA di negara Amerika dan Eropa, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Indonesia menetapkan batasan maksimal kandungan BPA dalam Peraturan Nomor 20 Tahun 2019 tentang Kemasan Pangan yaitu maksimal 0,6 bpj (bagian per juta) atau sebesar 600 µg per hari.

Beberapa waktu yang lalu, pihak BPOM menemukan kandungan BPA berlebih pada air minum dalam kemasan galon yaitu sebesar 0,9 bpj di sejumlah daerah karena kontaminasi pada proses distribusi. Namun, beberapa jurnal penelitian mengungkapkan bahwa kemasan air minum atau galon yang beredar di lingkungan masyarakat memiliki kandungan BPA berkisar antara 0,0001-0,0009 µg/kg. Angka ini menunjukkan bahwa air minum kemasan di Indonesia masih aman untuk dikonsumsi. Meskipun masih aman, penting untuk tetap waspada dan meminimalkan paparan BPA yang masuk ke dalam tubuh terutama dari produk yang sering digunakan sehari-hari.

Apa saja dampak paparan BPA?

Paparan BPA telah dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan, termasuk gangguan hormonal, risiko penyakit jantung, diabetes, dan bahkan dampak negatif pada perkembangan anak. BPA dapat diserap sistem pencernaan dengan cepat dan secara signifikan menurunkan aktivitas hormon dan memperburuk infertilitas pada pria dan wanita (Ma et al., 2019). BPA di dalam tubuh menjadi kompetitor bagi estradiol untuk menjadi Estrogen Receptor (ER). Adanya BPA dalam tubuh yang melebihi batas normal, dapat memperlambat perkembangan tubuh terutama yang berkaitan dengan tinggi, berat dan perkembangan saraf. Peningkatan BPA juga berpengaruh terhadap pubertas pria dan wanita. Pria dengan pubertas lebih awal dan wanita dengan pubertas tertunda dapat terjadi akibat adanya BPA dalam tubuh dengan konsentrasi tinggi. 

Penelitian di Jurnal Environmental Research dari Zhejiang University, China dengan menganalisis data dari 28 studi epidemiologi menunjukkan bahwa paparan Bisphenol A (BPA) dari kemasan plastik polikarbonat dicurigai dapat berisiko meningkatkan risiko kanker payudara. Sebuah studi awal menunjukkan bahwa paparan bahan kimia seperti BPA dapat meningkatkan risiko kanker payudara dan mempengaruhi kemungkinan tumor kembali tumbuh. Penelitian terbaru dengan jaringan payudara berisiko tinggi mencari perubahan molekuler akibat xenoestrogen yang bersumber dari paparan BPA dan mengganggu fungsi hormon estrogen. Hasilnya menunjukkan efek BPA lebih sering pada tumor histologis tinggi dan besar, yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup pasien. Ini menunjukkan peran bahan kimia pengganggu endokrin dalam kanker payudara,  temuan ini dipublikasikan di Jurnal Environmental Research dengan judul Bisphenol A Exposure and Breast Cancer Risk: a Meta-Analysis (Chen Y, 2020).

Bagaimana memilih kemasan yang aman dari BPA?

Penting untuk memilih kemasan minuman atau makanan yang aman dan bebas BPA, berikut adalah beberapa tips yang dapat diikuti antara lain: 

  1. Cari dan pilih kemasan yang berlabel “BPA-Free” untuk memastikan bahwa produk tersebut tidak mengandung BPA. 

  2. Pilih bahan kemasan yang aman digunakan dan terbuat dari bahan food grade, seperti kaca, stainless steel, atau plastik yang aman untuk makanan dan mencegah kontaminasi. 

  3. Cek keutuhan kemasan yaitu tidak rusak, sobek, atau berubah warna, serta kedap udara. Kemasan yang baik akan melindungi isi dari kontaminasi berbahaya dan menjaga kualitas produk. 

  4. Selain itu, hindari pemanasan makanan atau minuman dalam plastik karena panas dapat menyebabkan BPA meresap ke dalam produk makanan maupun minuman.

Walaupun demikian, langkah-langkah pencegahan tetap penting dilakukan untuk meminimalkan paparan BPA dalam kehidupan sehari-hari. Menyimpan galon di tempat teduh, menghindari paparan suhu tinggi, dan memilih produk dengan label bebas BPA adalah beberapa langkah sederhana yang dapat membantu menjaga kesehatan. Kesadaran akan risiko BPA juga perlu diiringi dengan pemahaman yang mendalam agar tidak menimbulkan kepanikan yang berlebihan. Adanya regulasi yang telah ditetapkan oleh pemerintah, masyarakat Indonesia bisa merasa tenang karena air minum yang tersedia telah diawasi dengan ketat. Namun, informasi ini juga menjadi pengingat bahwa kita perlu lebih bijak dalam memilih dan menggunakan produk plastik untuk menjaga kesehatan keluarga dan diri sendiri.

Sumber referensi:

Almeida, S, et al., 2018. Bisphenol A; Food Exposure and Impact on Human Health. Comprehensive Reviews in Food Science and Food Safety. Vol. 0

Faadhilah, H., & Tiitraresmi, A. (2023). Review: Pencemaran Bisphenol A (BPA) dalam Kemasan Galon dan Dampaknya bagi Kesehatan. Farmaka, 21, 223–229.

Ma, Y, et al., 2019. The Adverse Health Effects of Bisphenol A and Related Toxicity Mechanisms. Environmental Research.Vol. 176.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun