Akhir-akhir ini isu tentang pilpres sangat ramai dibicarakan diberbagai media, baik tv, Koran maupun dalam dunia maya, sudah kita ketahui semua bahwa tanggal 9 juli akan dilaksanakan pilpres untuk tahun 2014-2019, dalam pilpres ini ada 2 pasangan yang akan “bertarung” untuk menjadi presiden dan wakil presiden, yaitu : Prabowo – Hatta dan Jokowi – Jusuf Kalla. Pertarungan ini dirasa akan terjadi sangat sengit, dimana kedua pasangan ini memiliki elektabilitas yang sama-sama tinggi, namun ada hal lain yang berpengaruh terhadap usaha pemenangan dari kedua capres & cawapres ini, yaitu tim pemenangan, yang memiliki tugas untuk membuat strategi dalam menghadapi pertarungan merebutkan posisi sebagai presiden & wakil presiden.
Tim pemenangan biasanya terdiri dari individu-individu yang memiliki hubungan kedekatan khusus dengan calon presiden maupun wakil presiden, namun apakah pemilihan individu-individu itu sebagai anggota tim pemenangan sudah layak atau belum ?, karena sebagai anggota tim pemenangan maka individu tersebut harus memiliki loyalitas terhadap capres dan cawapres yang diusungnya, jika loyalitas itu tidak dimiliki para individu yang masuk dalam tim pemenangan, maka kemungkinan keberhasilan dalam pertarungan perebutan posisi sebagai presiden dan wakil presiden semakin kecil.
Kali ini saya akan mencoba melihat loyalitas beberapa orang terdekat dari Prabowo, apakah individu tersebut benar-benar mendukung pencapresan Prabowo atau karena hanya ada kepentingan tertentu
Disini saya menggunakan analisis bahasa tubuh orang-orang terdekat Prabowo ketika hadir dalam acara Indonesia Lawyers Club diTvOne 20 Mei 2014 yang berjudul “Sudden Death Jokowi VS Prabowo”, video ini bisa didownload dari sini http://www.youtube.com/watch?v=bwnavujDjRc
Pertama yang akan kita lihat adalah Fadlizon, beliau merupakan wakil ketua umum partai Gerindra dan termasuk salah satu dari anggota tim pemenangan Prabowo – Hatta.
Ketika mulai berbicara tentang alasan memilih Prabowo sebagai capres dari partai Gerinda, terlihat tangan dari Fadlizon bermain secara alami bergerak sejalan dengan kata-kata yang diucapkan, posisi duduk yang tenang, wajah menghadap kedepan, tidak ada gerakan-gerakan berulang yang Nampak, dan artikulasi serta intonasi dari bicaranya terkontrol. ini menunjukan bahwa Fadlizon dalam keadaan yang rilex, santai dan tenang. Iya terlihat sedang berusaha menguasai keadaan yang ada, menunjukan bahwa beliau terbuka, tidak menyembunyikan sesuatu dan ingin membuktikan bahwa keputusan partai Gerinda memilih Prabowo sebagai capres memang tepat, beliau manganggap Prabowo adalah capres yang didasari kepentingan rakyat, bukan atas dasar kepentingan pihak-pihak tertentu.
Ketika mengatakan “itu baru pemimpin”, terlihat tangan dari Fadlizon menunjuk, hal ini dilakukan untuk memberikan perhatian lebih bahwa jiwa kepimpinan itu seperti yang ada dalam diri Hatta, yang kita tau beliau merupakan cawapres dari Prabowo, ini dapat diasumsikan bahwa Fadlizon ingin menegaskan bahwa Prabowo – Hatta merupakan sosok pemimpin yang memang pantas menjadi presiden dan wakil presiden Indonesia.
Sangat terlihat ketika Fadlizon bicara tangannya selalu terbuka, ini dapat diasumsikan bahwa beliau sangat terbuka tidak menyembunyikan sesuatu sehingga, seperti dikatakan oleh Herman Strehle dalam buku Meinen, Gesten Und Gebarden ”membuka tangan kedepan memperlihatkan bahwa tidak menyembunyikan sesuatu”.
Dari uraian diatas maka dapat dikatakan bahwa Fadlizon memang memiliki loyalitas yang tinggi terhadap Prabowo – Hatta, dan ini menunjukan bahwa Fadlizon adalah satu orang yang pantas menjadi anggota tim pemenangan Prabowo – Hatta, karena dengan tingkat loyalitas yang kita lihat cukup tinggi maka jika Fadlizon menjadi anggota tim pemenangan maka kemungkinan Prabowo – Hatta meraih kemenangan semakin besar.
Yang kedua kita akan melihat Fahri Hamzah , beliau adalah wakil sekjen dari PKS, yang kita tau PKS berkoalisi dengan Gerindra untuk mengusung Prabowo –Hatta sebagai capres dan cawapres 2014 - 2019.
Pada saat Fahri Hamzah bicara tangannya sering kali membuka tangan kedepan yang menunjukan keterbukaannya dan tidak ada hal yang disembunyikan olehnya mengenai koalisi PKS dengan Gerindra.
Setalah Fahri Hamzah mengatakan “mustahil, omong kosong, itu provokator yang berlebihan”, terlihat Fahri Hamzah menarik badannya kebelakang yang merupakan symbol penolakan, dalam hal ini Fahri Hamzah menolak atau tidak setuju terhadap pendapat yang mengatakan bahwa Prabowo itu Otoriter, disini Fahri Hamzah ingin menggambarkan bahwa Prabowo tidak otoriter seperti pendapat dari pihak tertentu.
Ketika Fahri Hamzah mengatakan “masalahnya adalah ada yang lepas tangan, sampe mampus KPK gk bakalan sukses kalo presidennya tidak bisa mengidentifikasi dimana perannya dalam pemberantasan korupsi, apa lagi jika dia menjadi bagian dari korupsi itu sendiri” disini Fahri Hamzah memberikan penekanan intonasi yang lebih dengan tangan mengepal dan ayunan yang begitu cepat disertai mimik wajah marah, disini Fahri Hamzah hendak menunjukan kekecewaannya terhadap pemerintah pada saat ini, dan dapat diasumsikan bahwa Fahri Hamzah sedang meyakinkan bahwa sosok capres seperti Prabowo adalah pilihan yang tepat untuk dapat menyelesaikan permasalahan korupsi di Indonesia
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Fahri Hamzah memiliki loyalitas dan keyakinan yang besar terhadap Prabowo sebagai solusi dari berbagai permasalahan di Indonesia, sama seperti Fadlizon. Mereka yakin bahwa Prabowo mampu untuk menyelesaikan permasalahan itu semua dan dari sini saya dapat menyimpulkan, bahwa dukungan terhadap Prabowo yang diberikan oleh Fadlizon dan Fahri Hamzah memang “murni” karna keyakinan mereka jika Prabowo menjadi presiden maka segala permasalahan yang ada dapat terselesaikan.
Sumber : Herman Strehle “gesten, meinen und gebarden”
http://www.youtube.com/watch?v=bwnavujDjRc
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H