Ramadhan merupakan bulan yang penuh ampunan dan rahmat, semua orang berlomba-lomba melakukan amalan kebaikan. Bulan yang diibaratkan sebagai tanah yang subur yang siap ditaburi benih-benih kebajikan, semua orang dipersilahkan untuk menabur, kemudian pada waktunya menuai hasil sesuai dengan benih yang ditanamnya.
Bagi yang lalai, tanah garapannya hanya akan ditumbuhi rerumputan yang tidak berguna. Namun, tidak terasa bulan Ramadan telah usai. Benih-benih kebajikan tak lagi bertaburan, buah hasil benih tersebut hanya panen sampai batas hari kemenangan saja (idul fitri). Lalu mengapa bulan Ramadan berakhir amalan-amalan kebajikanpun ikut berhenti?
Menurut M. Quraish Shihab terdapat beberapa tipe orang dalam beribadah. Pertama tipe seorang "arif" yang memandang bahwa ibadah merupakan balas jasa bukan mengharap imbalan surgawi atau karena takut siksa neraka. Dia menyadari bahwa betapa bijaksana tuhan dalam segala ketetapan dan perbuatannya. Dari kesadaran akan kebijaksanaan tuhan, ia yakin bahwa di manapun ia ditempatkan pasti penempatan tersebut merupakan yang terbaik.
Kedua tipe seorang "pedagang", yaitu melakukan ibadah demi memperoleh imbalan yang menyenangkan (Surga). Ketiga tipe seorang "budak" yang takut terhadap majikannya. Seseorang yang beribadah karena dorongan takut siksa neraka pada hakikatnya. Keempat tipe seorang "robot", ia beribadah sesuai dengan apa yang dia inginkan, karena yang memprogramkannya adalah seseorang  yang telah tenggelam oleh hawa nafsunya sendiri.Â
Tipe ibadah manakah kita? marilah intropeksi diri sendiri.
Dinukil oleh imam Ibnu Rajab al-Hambali dalam kitab "Latha-iful ma'aarif" (hal. 313) Imam Bisyr bin al-Harits al-Hafi pernah ditanya tentang orang-orang yang hanya rajin dan sungguh-sungguh beribadah di bulan Ramadhan, maka beliau menjawab: "Mereka adalah orang-orang yang sangat buruk, karena mereka tidak mengenal hak Allah kecuali hanya di bulan Ramadhan, (hamba Allah) yang shaleh adalah orang yang rajin dan sungguh-sungguh beribadah dalam setahun penuh".
Imam Asy-Syibli pernah ditanya: Mana yang lebih utama, bulan Rajab atau bulan Sya'ban? Maka beliau menjawab: "Jadilah kamu seorang Rabbani (hamba Allah Ta'ala yang selalu beribadah kepada-Nya di setiap waktu dan tempat), dan janganlah kamu menjadi seorang Sya'bani (orang yang hanya beribadah kepada-Nya di bulan Sya'ban atau bulan tertentu lainnya).
karena itu, kapanpun  dan dimanapun hendaklah kita selalu melakukan amal-amal kebaikan, Mengutip ungkapan dari dai sejuta umat Zaenudin M.Z., "beramadanlah diluar ramadan" (melakukan hal-hal kebaikan pada bulan-bulan lainnya seperti saat berpuasa pada bulan Ramadan). Jadikanlah bulan ramadan menjadi titik acuan dan motivasi untuk bulan-bulan lainnya dalam beribadah, semoga Allah senantiasa memberi keteguhan kepada kita agar tetap beristiqamah.
Aaminn ya Rabbal 'Alamin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H