Mohon tunggu...
Siti Rofiqoh
Siti Rofiqoh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Anak Penyandang Tunadaksa (Definisi, Penyebab, dan Layanan Pendidikan)

8 November 2022   14:30 Diperbarui: 8 November 2022   14:31 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pernahkah kita mendengar anak penyandang tunadaksa? Terus apa itu tunadaksa? Tunadaksa berasal dari kata “tuna” yang artinya rusak atau cacat, dan “daksa” yang berarti tubuh atau badan. Jadi, tunadaksa bisa diartikan sebagai seseorang yang memiliki anggota tubuh tidak sempurna atau keterbatasan pada fungsinya. Terus apa saja yang menjadi faktor penyebabnya dan bagaimana cara memberikan layanan pendidikan bagi anak penyandang tunadaksa ini?

Untuk mengetahui hal tersebut, simaklah artikel di bawah ini sampai selesai!

Definisi Tunadaksa

Menurut Sugiamin dan Muslim (2012), istilah tunadaksa merupakan istilah lain dari cacat tubuh atau tuna fisik, yaitu berbagai kelainan bentuk tubuh yang mengakibatkan kelainan fungsi dari tubuh untuk melakukan gerakan-gerakan yang dibutuhkan.

Menurut Somantri (2006), tunadaksa adalah suatu keadaan rusak atau terganggu sebagai akibat gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot dan sendi dalam fungsinya yang normal disebabkan oleh penyakit, kecelakaan atau  pembawaan sejak lahir.

Menurut Departemen Kesehatan dalam Suharsiwi (2017), anak tunadaksa adalah anak yang menderita kekurangan yang sifatnya menetap pada alat gerak (tulang, otot, sendi) sedemikian rupa sehingga untuk berhasilnya pendidikan mereka perlu mendapatkan perlakuan khusus.

Nah, dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa tunadaksa adalah suatu kondisi dimana anggota tubuh mengalami gangguan pada fungsi gerak sehingga perlu mendapatkan perlakuan khusus.

Penyebab Tunadaksa

Tunadaksa bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti faktor keturunan, penyakit bawaan lahir, atau kecelakaan. Dilihat dari waktu terjadinya, faktor yang menjadi penyebab tunadaksa antara lain sebagai berikut:

1. Sebelum lahir (fase prenatal) 

Terjadi ketika bayi masih dalam kandungan, penyebabnya: infeksi kandungan, kelainan kandungan, penggunaan radiasi yang berlebihan, ibu mengalami trauma.

2. Saat Kelahiran (fase natal)

Pada fase ini hal-hal yang bisa menyebabkan anak mengalami tunadaksa, yaitu: proses kelahiran yang terlalu lama, pemakaian alat bantu berupa tang, pemakaian anestesi yang berlebihan, usia kandungan yang belum cukup umur (Premature).

3. Setelah kelahiran (fase post-natal)

Hal-hal yang menyebabkan kecacatan setelah bayi lahir, antara lain: kecelakaan/ trauma pada kepala, amputasi, infeksi penyakit yang menyerang otak, dan virus yang menyerang sumsum tulang belakang.

Layanan Pendidikan bagi Anak Tunadaksa

Setiap anak yang dilahirkan ke dunia berhak untuk mendapatkan pendidikan. Terutama anak-anak penyandang disabilitas, mereka juga berhak untuk mendapatkan pendidikan seperti anak normal. Sasaran pendidikan pada anak tunadaksa sendiri bersifat dual purpose (ganda), yaitu berkaitan dengan pemulihan fungsi fisik dan pengembangan dalam pendidikannya. Karena tunadaksa memiliki hambatan pada anggota geraknya, maka layanan pendidikan yang diberikan adalah pemulihan fungsi fisiknya dan juga pengembangan dalam pendidikan.

Pendidikan yang perlu dikembangkan pada anak tunadaksa meliputi tujuh aspek, diantaranya:

  • Pengembangan intelektual dan akademik, dilakukan dengan cara pemberian berbagai mata pelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan dalam kurikulum.
  • Membantu perkembangan fisik, seperti pemberian latihan-latihan fisik dan olahraga.
  • Meningkatkan perkembangan emosi dan penerimaan diri anak, memberikan ceramah keagamaan dan menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif.
  • Mematangkan aspek sosial, dengan membawa anak berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya dan melalui partisipasi dalam kehidupan keluarganya.
  • Mematangkan moral dan spiritual, dilaksanakan dalam pelajaran agama dan PPKN.
  • Meningkatkan ekspresi diri, dilakukan dalam kegiatan seni dan keterampilan atau kerajinan tangan.
  • Mempersiapkan masa depan anak, dengan memberikan latihan kerja, keterampilan akademik, dan membekali keterampilan relasi antar pribadi yang sehat.

Kemudian model layanan pendidikan yang bisa diterapkan untuk anak tunadaksa dikutip dari laman Ayuwldr.blogspot.com adalah:

  • Kelas biasa (regular class) mengarah pada pendidikan inklusi, anak tunadaksa belajar di sekolah umum bersama-sama dengan anak normal.
  • Kelas atau sekolah khusus, anak belajar dengan sesama anak tunadaksa lainnya di sekolah khusus (SLB-D).
  • Pengajaran di rumah (home instruction), anak belajar di rumah, dan guru berkunjung ke rumah.
  • Sekolah di rumah sakit (school in the hospital or convalescent home), anak belajar di rumah sakit karena lama dirawat agar tidak ketinggalan pelajaran, maka guru yang datang ke rumah sakit.

Kemudian yang terakhir adalah pendekatan-pendekatan yang bisa dilakukan dalam memberikan layanan pendidikan pada anak tunadaksa, antara lain:

  • Pendekatan guru kelas, pelaksanaannya semua mata pelajaran yang diajarkan di kelas tersebut disampaikan oleh satu guru, biasanya dilaksanakan pada kelas kecil.
  • Pendekatan guru mata pelajaran/bidang studi, pelaksanaan pengajarannya oleh banyak guru sesuai dengan bidang studinya masing-masing.
  • Pendekatan campuran, pelaksanaannya disampaikan oleh guru kelas juga guru mapel.
  • Pengajaran tim, pelaksanaannya oleh tim/beberapa guru.

Nah, sekian bahasan tentang anak tunadaksa mulai dari definisi, penyebab dan cara memberikan layanan pendidikannya. Semoga artikel ini bermanfaat.

Sumber Rujukan

Dinie, RD. 2016. Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Psikosain.

http://ayuwldr.blogspot.com/2016/12/model-dan-layanan-pendidikan-bagi-anak.html?m=1 (diakses pada 29 Oktober 2022)

Suharsiwi. 2017. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: CV Prima Print.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun