Mohon tunggu...
Fiqi Indra Fahlupi
Fiqi Indra Fahlupi Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Menulis karena hidup, hidup bukan karena menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dunia Itu Fana, Hanya Sepi yang Nyata

29 Oktober 2020   23:18 Diperbarui: 29 Oktober 2020   23:20 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ingatkah dia ? tanyaku pada sepi"

Begitulah kiranya salah satu potongan dialog tak berguna yang sering kutanyakan pada satu satunya pendengar terbaik dalam hidupku, yang tak pernah menyela, tak pernah membandingkan, hanya mendengar dan mendengar setiap keluh kesah yang kusampaikan dengan baik. 

Dialah si sepi. tapi selalu ku ingatkan pada diriku sendiri untuk tak pernah mengharap balas dari setiap keluh kesah yang terucap. Karena sepi tak akan pernah memberikannya. 

Dengan begitu aku tak akan pernah merasa kecewa jika si sepi hanya diam tersipu hening. Oh sepi, terimakasih yang terdalam kusampaikan karena kau tak pernah pergi. Selalu hadir saat tak ada satupun manusia menemani.

Pertanyaan itu kulontarkan pada sepi saat aku sedang iseng membuka kumpulan foto foto lawas yang tersimpan di memori. Terlihat jelas ingatan ingatan manis saat aku dan dia bersama, saat aku dan dia tertawa. Ahhhh, betapa manis kenangan itu.

Seharusnya dia ingat setiap kepingan keindahan itu. Tapi ingat hanya sekedar ingat, karena dia takan pernah mau untuk mencoba mengingat. Justru mungkin dia sedang berusaha melupakan. 

Dan semoga saja begitu. karena kupikir, itulah yang yang terbaik. karena masa lalu akan selalu terasa mengasyikan saat dikenang, tapi tidak disarankan untuk kembali diulang. 

Bisa dikatakan hanya orang orang bodoh yang mencoba mengulang apa yang terjadi di masa lalu. Jika kamu memaksakan untuk kembali mengulang apa yang terjadi pada masa lalu, rasanya pasti takan pernah sama.

Begitulah jawabanku atas tanyaku pada sepi.  memang selalu seperti itu, aku bertanya dan aku juga yang menjawab. Karena sepi tak akan merespon apapun yang kau sampaikan. Karena tugas sepi hanya mendengarkan.

Dalam setiap kenang yang kusampaikan, selalu hadir bimbang yang datang tanpa diundang. Kurang ajar memang si bimbang ini. 

Dalam kenang ini, bimbang menghampiri membawa hasut untuk mengulangi apa yang telah terjadi. membawa resah yang menjebak pikiranku pada masalalu. Hingga akhirnya langkahku tak pernah membawaku maju, stagnan ditempat dan sesekali mundur mengarungi kenikmatan masa lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun