Mohon tunggu...
Fiqih P
Fiqih P Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Semarakkan literasi negeri

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Konstitusi Palsu Sadery

28 Oktober 2018   20:07 Diperbarui: 28 Oktober 2018   20:26 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi :www.berbagaireviews.com

<<< sebelumnya

RAKYAT terus bergejolak menolak pemerintahan baru. Hoffman gagal meyakinkan rakyat. Pentolan pro revolusi melarikan diri. Dimulai dari Jendral Lehman dan diikuti Jhon Tricchi. Sadery berada dalam status quo kepemimpinan. Ruang gerak dipimpin oleh organ-organ pro revolusi. Pertikaian antar organ revolusi terus berkecamuk.

Kunci hanya pada Falker orang terakhir yang berdebat dengan Prof.Kimberley. Hoffman belum mau melepasnya begitu saja. Dia mengusulkan kesepakatan yang ditolak oleh Falker. Ia berharap Falker menyalin ulang buku pemikiran Prof.Kimberley secara palsu. Meski disiksa, Falker tetap menolak paksaan Hoffman yang kini masih memiliki kekuatan di organ perangkat bersenjata negara,

"Lebih baik kau langsung umumkan pemegang kendali negara ditanganmu, kau punya kekuatan," kata Falker pada Hoffman.

"Aku akan kalah pada faktor de jure. Negara-negara lain akan mengecam pemerintahanku. Aku akan gagal. Maka aku mohon padamu untuk membantuku," kata Hoffman.

"Aku tak dapat memenuhi permintaanmu. Karena pemikiran Kimberley bertentangan denganku," jelas Falker.

"Baiklah, tuangkan konsep idemu untuk dasar falsafah negara. Namun, sampaikan pada rakyat ide itu merupakan milik Kimberley,"

"Tidak akan..."

Raut wajah Hoffman tampak kesal, melihat Falker yang keras kepala. Seketika itu juga ia bertepuk tangan sebanyak tiga kali. Tak lama, dua orang berseragam angkatan bersenjata datang menggandeng seorang gadis ditengah.

"Ayah tolong lepaskan aku," kata gadis tersebut, disambut todongan pisstol Hoffman ke kepala gadis itu.

"Keparat kau.... lepaskan putriku," sambut Falker.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun