Komandan tentara yang pertama berusaha menyergap juga memberikan isyarat untuk mengikuti apa yang dilakukan Pang Abee. Komandan dan Pang Abee saling membantu dalam mengevakuasi jenazah. Keduabelah pihak yang bersetru itu menjadi satu-satunya kelompok  yang mengevekuasi jenazah pada malam itu.
Pang Abee dan dan komandan tak dapat menahan air mata mereka. Mereka terharu melihat lautan jenzah korban tsunami.
"Pang... sudah lama kau kami cari. Tapi sekarang begitu di dekatmu aku tak kuasa menangkapmu," kata Komandan tentara di tengah pekerjaan mereka.
 "Dan, selama ini kita saling mencuri informasi baik aku dan kau. Aku mengenalmu sangat jelas. Kurasa begitu juga denganmu," Pang Abee mencoba lebih mencairkan suasana.
"Ya, apakah ada perintah menyerah dari atasanmu Pang?" tanya komandan.
"Belum Dan... ini merupakan inisiatifku sendiri untuk turun gunung. Sudah kukatakan aku mengenal dirimu dengan jelas. Maka aku memberanikan diri untuk turun gunung. Aku yakin kau sepakat denganku melakukan ini," jelas Pang Abee. Lalu Komandan memberikannya masker, saat bau busuk dan amis mulai sangat menyengat.
"Kau memiliki atasan, aku juga memiliki atasan. Kuakui sebenarnya selama ini aku bertindak karena perintah atasan Pang..."
"Aku juga begitu," jawab Pang Abee.
"Mungkinkah kejadian ini akan membuat kita berdamai Pang?" tanya komandan itu lagi.
"Entahlah Dan... Tapi jika perdamaian tak terjadi, maafkan aku nanti jika harus merenggut nyawa-nyawa bawahanmu Dan,"
"Aku juga begitu. Aku berharap, baik atasanmu dan atasanku memiliki kepala dingin untuk menuju jalan damai."