"Allahu Akbar.... Lailahaillallah Muhammadarrasulullah," ucapku berulang-ulang saat terjatuh dan masih merasakan getaran dahsyat waktu itu. Aku terluka parah
Meski bumi tak lagi berguncang, tetap saja aku sulit melanjutkan perjalanan.
"Air naik, air naik," orang-orang berlarian. Aku berfikir ini adalah air bah. Tapi jarak tempatku saat itu sangat jauh dari laut. Namun dalam fikiranku adalah Ine. Rumahnya sangat dekat dengan laut.
Aku bergegas kembali melanjutkan perjalanan menahan rasa sakit. Tapi nyatanya, air berkubik-kubik menghentikanku. Tampak dari kejauhan, tak mungkin bisa kutembus. Hanya deru angin dan langit yang mulai menghitam kurasa dan kutatap. Aku tak pernah lagi berjumpa dengan Ine sejak 13 tahun lalu.
Sei Rampah 25122017
Cerpen dibuat dalam memperingati Tsunami 26 Desember 2004
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H