Mohon tunggu...
Fiqih P
Fiqih P Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Semarakkan literasi negeri

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lembaran Naskah Pidato

7 Desember 2017   23:54 Diperbarui: 7 Desember 2017   23:57 1082
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sinar lampu menyinari bougenville ungu. Perpaduan lampu dan bunga yang membuat suasana semakin temaram. Suasana sepi di sebuah perkantoran. Duduklah seorang pemuda sendiri di anak tangga paling bawah teras kantor.

Terduduk ia sembari melirik-lirik telepon genggam. Menunggu sesuatu dari benda kecil yang berada di lantai sisi kanannya. Kepulan asap rokok menambah suasana sepi. Seratus meter berbatas pagar besi kendaraan masih berlalulalang.

Pria berbadan tambun membuka pagar dan kembali naik untuk mengendarai sepedamotornya menuju pemuda yang duduk dalam sepi.

"Bagaimana, sudah masuk naskahnya untuk upacara besok lae?" tanya pria berbadan tambun tersebut.

"Belum lagi Lae, aku lelah menunggu sejak tadi, namun handphoneku tak menunjukkan Surel."

Mereka menunggu naskah pidato dari kantor pusat kantor itu. Hampir tengah malam naskah yang ditunggu tak kunjung jua masuk. Apalagi untuk dicetak. Mereka berdua hanya bisa termenung menunggu pidato yang katanya penting.

"Bagaimana ini Lae? email tak kunjung masuk?" tanya si pemuda pada pria tambun.

"Aduh aku bingung Lae, kita buat saja naskahnya Lae. Ambil naskah tahun lalu,  lalu kita ubah sebagian data-data yang terbaru Lae. Ketimbang kita habis dibully esok pagi."

Merekapun sepakat menggunakan naskah pidato di tahun sebelumnya. Dengan begitu pekerjaan mereka malam itu telah selesai. Tinggal menunggu esok hari. Kedua pria itu sangat berharap agar upacara besok tak mengalami kendala apapun.

***

Keesokan hari, pegawai kantor telah berkumpul di lapangan upacara. Naskah pidato telah siap. Tanpa geladi, tanpa pemeriksaan kesiapan upacara langsung dimulai. Inspektur upacara mulai membacakan naskah tersebut.

Puluhan media massa menyaksikan upacara tersebut. Dengan lancar inspektur upacara membacakan pidato yang pada kebenarannya merupakan pidato tahun sebelumnya.

Pidato peringatan hari anti korupsi sedunia. Para jurnalis media mempertanyakan hal-hal tentang pencegahan dan penegakan hukum bagi para koruptor. Dua pemuda di balik layar yang mempersiapkan naskah pidato itu kini tenang dan nyaman.

Namun ternyata esok hari, pimpinan memanggil kedua orang tersebut. Mempertanyakan tentang naskah pidato yang didapat.

"Ada apa dengan kalian ini, naskah yang saya baca adalah naskah tahun sebelumnya. Kita malu dan dibully media massa hari ini," kesal pimpinan tersebut pada anak buahnya.

"Maaf pak, lembaran naskah dari kantor pusat tak kunjung masuk ke Surel kita pak." Jelas pemuda tadi.

"Surel yang mana itu?"

Ternyata naskah masuk bukan pada email yang ditunggu-tunggu pemuda dan pria berbadan tambun tadi, melainkan masuk pada email baru yang telah diganti pihan kantor.

"Dasar memang kalian bodoh."

Nyatanya kesalahan soal lembaran naskah pidato berbuntut panjang lantaran mempermalukan kantor tersebut. Sang pimpinan mendapat sanksi. Pemuda dan pria tambun tadi terpaksa menerima mutasi ketempat lain.

Sei Rampah 07/12/2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun