Mohon tunggu...
Fiqih Purnama
Fiqih Purnama Mohon Tunggu... PNS -

Penulis Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lima Ribu Senjata

28 September 2017   20:11 Diperbarui: 28 September 2017   20:41 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar di ambil dari kaskus.co.id

Seribu pasukan menyusuri hutan belantara menuju lembah tak terjamah. Raja Mosakh dari Kerajaan Anterm mau tak mau melepas setengah pasukan cadangannya untuk menghadapi serangan musuh yang telah menghabisi 16 ribu lebih pasukannya. Persenjataan pun sudah sangat tak mumpuni, hingga raja ingat pada cadangan senjata di lembah tak terjamah.

Panglima Sojad ditunjuk menyusuri keberadaan senjata yang katanya mencapai 5 ribu pucuk. Padahal yang mengetahui senjata itu adalah generasi tiga Raja Anterm sebelumnya. Belum tahu jenis senjata apa di lembah tersebut, namun tak ada gunanya berdiam, pihak kerajaan harus mencari sumberdaya persenjataan.

Tiga belas hari sudah perjalanan menuju lembah tak terjamah. Medan belantara yang dilalui cukuplah berat. Hewan buas, jurang terjal menyisakan 713 pasukan Panglima Sojad yang minim persenjataan. Hingga mereka tiba di tempat yang dituju. Belum lagi mendapat kebahagiaan senjata, secara cepat dan otomatis menyerang seluruh pasukan. Hingga hanya Panglima Sojad yang tersisa. Sang Panglima mencoba kembali pulang ke Anterm ditengah luka parah.

Diperjalanan pulangnya ia berjumpa pada kakek tua. Tak ada sapa, tak ada cerita. Dengan satu tangan si kakek menyeret sang panglima yang telah terluka parah akibat serangan senjata-senjata kasat mata di lembah tak terjamah. Sampailah pada sebuah goa, di tempat sang kakek tinggal.

"Apa tujuanmu?" tanya kakek pada Sojad.

"Aku di utus raja bersama para pasukan untuk mencari cadangan senjata di lembah tak terjamah,"

"Untuk apa?"

Sojad pun menjawab bahwa Anterm berada dalam kehancuran karena serangan musuh.

"hahahaha," si kakek tertawa. Sojad bingung dengan tawanya yang berirama melecehkan.

"Pasukanmu pasti berjumlah seribu, kalian hanyalah sesembahan bagi musuh. Lembah tak terjamah itu berisi roh-roh yang meminta ribuan nyawa pada tiap raja," jelasnya.

"Mungkin raja kalian awalnya tak mau, tapi karena serangan dari roh-roh yang menjelma sebagai musuh Rajamu terpaksa mengorbankan kalian demi keselamatan Anterm,"

"Jadi kami hanya tumbal?"

"ya,"

"Begitu juga aku bersama seribu pasukanku yang telah menjadi tumbal raja sebelum ini," jelas kakek tersebut, membuat Sojad marah dan tak terima atas kenyataan dia dan pasukannya hanyalah sebagai tumbal.

Lima ribu senjata adalah fiktif agar Anterm terselematkan dari para roh yang meminta korban. Akhirnya Sojad pun memilih tinggal di hutan ketimbang pulang dihukum mati lantaran hanya selamat seorang diri.

Medan 28/9/2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun