Mohon tunggu...
Fiqih Purnama
Fiqih Purnama Mohon Tunggu... PNS -

Penulis Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sudut Gelap Hati

2 Oktober 2016   22:23 Diperbarui: 2 Oktober 2016   23:19 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi di sudut gelap (www.puisirizkikhaidir.com)

Kulihat pandangannya semakin lama semakin kosong. Malah sembari memegang androidku dengan tangan yang bergemetar. Tak lama, air mata yang menetes dari pipinya. Ia terisak menangis, tanpa perlu dijawab, aku telah tahu jawabannya.

“....ya itu benar, maafkan aku. Aku egois, aku sangat menginginkanmu ketika mengenalmu. Pernikahanku dengan lelaki itu dalam kondisi aku yang tak benar-benar sadar. Aku seperti terperdaya menerima ajakannya kala itu. Sekarang aku harus ikhlas kita berpisah,” jelasnya padaku.

Sebelum bertemu denganku, istriku yang legal secara undang-undang ternyata menjalani nikah sirri dengan lelaki yang dikenalnya saat mengikuti sebuah program pemberdayaan masyarakat. Namun, ternyata seseorang yang kuanggap istri itu tidak benar-benar mencintainya.

Namun, lelaki itu juga mencintainya dan tak pernah mau mengucapkan talaq. Begitupun status sirri tak akan pernah bisa digugat di pengadilan.

Hingga ia bertemu denganku. Ia tulus mencintaiku. Ia ingin mengarungi keridhoan illahi dengan menutup rapat-rapat masa lalunya. Namun, serapat apapun ditutupinya, sang pencipta tetap tahu dan melihat.

Aku pun begitu mencintainya. Aku juga menangis dan mencoba menenangkannya dengan sebuah pelukan. “Yang sah secara hukum itu kita, tercatat. Bukan diam-diam. Itu yang tidak sah!” aku menegaskan padanya dan mempertahankan status quo.

Kuyakinkan padanya, cintaku tak akan pergi karena statusnya.  Tapi aku juga menjadikan kejadian itu sebagai hikmah baginya dan bagi seluruh perempuan di dunia. “...sayang, kejadian ini adalah bukti kalau perempuan itu sangat dirugikan dengan prosesi nikah sirri.”

“.,, iya maafkan aku suamiku,” katanya padaku sembari memeluk. Kala itu aku masih mempertahankan, bahwa yang sah adalah yang tercatat secara hukum. Hingga kami berdua adalah sepasang suamis istri yang giat mengkampanyekan “STOP NIKAH SIRRI”.

Malah kami pernah membuat petisi online, agar pemuka-pemuka agama yang menikahkan orang secara siiri dapat dihukum. Tapi negara ini dihuni oleh para tetolol-tetolol patriarkis.Yang menggunakan dalil agama untuk segala kemapanan kaum adam.

***

SUDAH dua tahun lebih sejak terbongkar skandal itu. Aku menjalankan rumah tangga yang sangat harmonis. Jauh dari pertengkaran. Akan tetapi, hal tersebut terus bersamayam di sudut gelap hatiku. Tetap saja secara agama pernikahan kami tidak sah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun