Mohon tunggu...
Fiqih Purnama
Fiqih Purnama Mohon Tunggu... PNS -

Penulis Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta yang Sporadis

28 September 2016   22:25 Diperbarui: 28 September 2016   22:35 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

INI sungguh aneh.  Aku merasakan cinta yang berbeda. Kadang ada kadang tiada.  Kemarin kau memberikan cinta yang begitu dahsyat padaku. Kau membelaiku penuh kelembutan. Kau melayaniku bak akulah pemaisuri.

Padahal dua hari lalu sepulang kerja kau menggamparku di depan anak-anak.  Tak mengertti apa maksudmu. Kau masuk, marah-marah dan langsung aku jadi korban. Aku pun hanya bisa berlalu dari hadapanmu. Menangis menimpakan wajah pada bantal.

Tapi seminggu lalu kau memberiku kalung. Aku sangat gembira, setelah sehari sebelumnya kau kedapatan menghubungi Dewi, berbisik tapi aku mendengar di balik pintu. Aku marah, namun amarahmu lebih tinggi. Aku hanya bisa menangis.

Kemudian,  setelah itu kau mengeluarkan rayuan-rayuanmu dan menghapus kontak Dewi serta keesokan harinya mengubah nomor handphone. Katamu, cintaku lebih berharga dari apapun. Aku tak tahu apakah kau masih berhubungan dengannya atau tidak.

Pernah dalam seminggu pada bulan lalu kita bersenggama. Hanya itu saja,  kulihat kau sangat menikmatinya. Begitu juga aku. Kau  berikan segalanya malam itu dalam desahan nafas dan kehangatan. Kau memuji-mujiku.

“Kau begitu cantik istriku. Aku begitu  mencintaimu. Tak ada yang lain di hatiku dan Hanya kaulah selama-lamanya,” katamu kala itu.

Aku melayang dengan kata-katamu disaat hanya selimut yang membungkus tubuh kita. Pandangamu benar-benar menunjukkan ketulusan akan cinta. Cinta yang kukenal sejak lima tahun lalu. Cinta yang terus stabil dua tahun setelahnya. Namun, tiga tahun belakangan ini cintamu sporadis.

Aku tak mengerti, kadang ketika tamu bulanan datang di saat itu kau marah, menunjukkan kesalmu dan seperti ada hasrat yang tak tersalurkan. Namun saat aku bebas dari tamu, kau malah tak memanfaatkan masa-masa itu.

Di depan teman-teman  kerjamu aku seperti mendapatkan kasih sayang yang berlebih. Kau selalu bersikap baik di depan teman-temanmu dan teman-temanku.

“Jeng, suamimu romantis banget,” kata Istri Wahyu teman sekantormu.

“Ah, kalau Wahyu mana mungkin ambilkan minum buat saya, pas lagi acara beginian,” Istri wahyu menambahkan saat itu.

“Wah kalian seperti sahabatan aja, terus langgeng aja nih,” kata Jessica, saat kita menghadiri pesta pernikahan Saraswati.

Tapi semua itu berbeda, jika tak ada lagi teman-teman. Tak ada lagi saudara. Semuanya berbalik 360 derajat. Malah kurasa sangat mencekam, terlebih jika berdua denganmu. Tapi ketika cintamu datang lagi, kau sering mencandaiku. Mencolek kupingku secara diam. Kemudian, tiba-tiba menciumku.

Kenapa bisa seperti itu. Kau sungguh aneh suamiku. Ucapan talak sudah dua kali kau lontarkan. Jarak antara talak pertama dan kedua hanyalah satu Minggu. Sejak talak yang kedua, sudah empat bulan tak lagi terucap. Kuharap kau takut untuk mengucap talak yang ketiga.

***

Suami

Agar  kau tahu. Kala cintaku  muncul yaitu  kala kau benar-benar sangat mempesona. Ketika kau telah berpenampilan menarik saatku pulang dari kantor.  Saat rumah memang sudah benar-benar nyaman untukku beristirahat.

Sudah berulang kali kukatakan padamu, kalau aku pulang dari kantor, aku ingin suasana senyaman mungkin. Dua anak kita sudah bersih dan bisa kucium wangi minyak telon di tubuh mereka. Kini, rasa cintaku yang besar hanyalah pada anak-anakku.

Aku jujur, kuakui cintau padamu sudah berkurang. Maafkan aku. Tak mungkin ini kupendam bagaikan duri dalam daging. Soal Dewi, hingga kini kami masih saja berhubungan. Bahkan kami sudah menentukan masa depan kami untuk bersama.

Kau jangan sakit hati. Kuberikan kau kalung itu atas seruan Dewi. Dewi begitu mengerti perasaan perempuan dan tak ingin menyakitimu teramat dalam, meskipun hari ini kau akan benar-benar merasakan sakit.

Aku bersenggama denganmu juga karena nafsuku yang tak lagi terbendung. Dalam tatapanku, aku malah melihat  Dewi. Aku mengkhayalkannya, karena ia begitu mempesona. Daya tariknya membuatku ingin segera memilikinya. Aku teramat naif menghadapi cintanya.

Wajar cintaku padamu berlangsung sporadis. Karena memang cinta itu hanya muncul sesekali dan sedikit kecilnya. Sedangkan sebanyak-banyaknya kini sudah milik Dewi. Kau jangan terkejut dan kuharap kau tabah mendengar jawabanku.

“Makin hari aku makin bosan nih. Udah gak betah sama dia,” ucapku pada Syiaf saat menghadiri pesta pernikahan Saraswati. Aku sering curhat pada Syiaf. Kalau tak percaya kau tanyakan saja padanya.

Walaupun ia sering menasehati ku, namun pada akhirnya dia beranggapan memang tak elok mempertahankan rumah tangga kita yang seperti ini. Dimana tak ada lagi cinta yang kumiliki padamu.

Mengenai talak ketiga, SAAT INI JUGA KUUCAPKAN TALAK. Soal kehidupanmu kedepan kau  jangan khawatir. Aku akan memberikan nafkah untukmu yang tak akan membuatmu hidup sengsara. Semua ini hanya agar aku bisa bersama dengan Dewi. Mohon maaf......

***

Judul headline surat kabar esok hari

Istri Serahkan Diri Usai Tikam Suami

 

 

­Sei Rampah, 28/9/2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun