Mohon tunggu...
Fiqih Purnama
Fiqih Purnama Mohon Tunggu... PNS -

Penulis Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta yang Sporadis

28 September 2016   22:25 Diperbarui: 28 September 2016   22:35 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Wah kalian seperti sahabatan aja, terus langgeng aja nih,” kata Jessica, saat kita menghadiri pesta pernikahan Saraswati.

Tapi semua itu berbeda, jika tak ada lagi teman-teman. Tak ada lagi saudara. Semuanya berbalik 360 derajat. Malah kurasa sangat mencekam, terlebih jika berdua denganmu. Tapi ketika cintamu datang lagi, kau sering mencandaiku. Mencolek kupingku secara diam. Kemudian, tiba-tiba menciumku.

Kenapa bisa seperti itu. Kau sungguh aneh suamiku. Ucapan talak sudah dua kali kau lontarkan. Jarak antara talak pertama dan kedua hanyalah satu Minggu. Sejak talak yang kedua, sudah empat bulan tak lagi terucap. Kuharap kau takut untuk mengucap talak yang ketiga.

***

Suami

Agar  kau tahu. Kala cintaku  muncul yaitu  kala kau benar-benar sangat mempesona. Ketika kau telah berpenampilan menarik saatku pulang dari kantor.  Saat rumah memang sudah benar-benar nyaman untukku beristirahat.

Sudah berulang kali kukatakan padamu, kalau aku pulang dari kantor, aku ingin suasana senyaman mungkin. Dua anak kita sudah bersih dan bisa kucium wangi minyak telon di tubuh mereka. Kini, rasa cintaku yang besar hanyalah pada anak-anakku.

Aku jujur, kuakui cintau padamu sudah berkurang. Maafkan aku. Tak mungkin ini kupendam bagaikan duri dalam daging. Soal Dewi, hingga kini kami masih saja berhubungan. Bahkan kami sudah menentukan masa depan kami untuk bersama.

Kau jangan sakit hati. Kuberikan kau kalung itu atas seruan Dewi. Dewi begitu mengerti perasaan perempuan dan tak ingin menyakitimu teramat dalam, meskipun hari ini kau akan benar-benar merasakan sakit.

Aku bersenggama denganmu juga karena nafsuku yang tak lagi terbendung. Dalam tatapanku, aku malah melihat  Dewi. Aku mengkhayalkannya, karena ia begitu mempesona. Daya tariknya membuatku ingin segera memilikinya. Aku teramat naif menghadapi cintanya.

Wajar cintaku padamu berlangsung sporadis. Karena memang cinta itu hanya muncul sesekali dan sedikit kecilnya. Sedangkan sebanyak-banyaknya kini sudah milik Dewi. Kau jangan terkejut dan kuharap kau tabah mendengar jawabanku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun