Mohon tunggu...
Fiqih Purnama
Fiqih Purnama Mohon Tunggu... PNS -

Penulis Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sepatu di Bawah Jok

14 Agustus 2016   19:26 Diperbarui: 14 Agustus 2016   20:00 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kamu kenapa sayang?" tergesah Furqan menanyakan pada Okta.
"Gak ada mas, cuma susah tidur tadi malam,"
"Kok bisa, apa ada masalah?" tanya Furqan.
"Cuma mikiri kandungan mas" jawab Okta.
"Kalau mikir kandungan kamu jagalah kesehatan, jangan begadang. Sudah sekarang istirahat saja," seru Furqan.

Okta yang tetap taat pada suaminya pun merebahkam kembali tubuhnya dan memejamkan mata. Sehingga pagi itu, Furqan menyiapkan semuanya sendiri jelang berangkat ke kantor. Bahkan dia membuatkan sarapan untuk istrinya.

Furqan berangkat dan mengecup kening Okta yang dilihatnya tertidur. Diapun bergegas pergi. Tapi Okta tak benaran tidur. Waktu-waktunya dilewati dengan dilema dan sesekali meneteskan air mata. Gusar dia, bolak balik sebentar ke kamar sebentar ke dapur. Sarapan buatan Furqan dibuangnya di tempat sampah, menghilangkan jejak agar dikira sudah dihabiskannya.

Semakin sore, Okta semakin lemas. Ada sedikit chocochip di kulkas dikunyahnya setengah dan dilanjutkan dengan segelas air putih. Hatinya masih bertanya-tanya siapakah pemilik sepatu di bawah jok itum

Furqan pulang dengan membawa makanan, steam bawal kesukaan Okta.
"Kamu baik-baik sayang?"
Furqan bertanya sembaru mengelus rambut Okta. Furqan menyajikan buah tangannya. Tapi ditanggapi dingin oleh Okta.

"Aku gak selera mas," kata Okta.
"Aku mau istirahat saja mas,"
Furqan pun tak menghalanginya istirahat. Walaupun, Furqan takut akan kandungannya melihat kondisi Okta yang tak seperti biasa.

Okta hanya pura-pura tidur dalam baringan. Furqan juga tak berani mengganggu Okta dalam baringannya tersebut. Hingga pagi kembali datang. Kali Ini Furqan yang bangun terlebih dahulu. Furqan membiarkan Okta tetap di kasur. Pagi itu ia harus cepat ke kantor lantaran adanya pertemuan. Tak lupa sarapan buat Okta disajikannya dan berlalu pergi dengan sebuah kecupan pada kening Okta yang masih terbaring.

Okta terus bergelut pada kegusarannya. Pagi hingga siang kondisinya semakin memburuk, tanpa ada asupan sedikitpun. Entah bagaimana dia terpeleset di kamar mandi. Dia memegangi perutnya di tengah musibah itu. Pusing meliputi kepalanya. Tubuhnya tak kuat menahan beban hingga dirinya jatuh.

***

Entah mengapa hari itu Furqan memutuskan pulang pada setengah hari jam kerja. Dirinya berada di depan rumah. Pintu sedikit terbuka. Dia pun masuk ke dalam.

"Sayang- sayang," ucapnya sembari masuk ke dalam kamar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun