“Pak Rano minta maaf, masih belum bisa membaca,” ucap Rano yang sudah duduk di Meja bersiap belajar membaca. Buku pelajarannya sudah ditumpuk di Meja, begitupun buku tulis dan alat tulis. Papan tulis putih Pak Lubis sudah didirikan tanda mengajari Rano segera di mulai.
“Gak masalah ‘no’, yang penting kau ada kemauan belajar terus, perbaiki masa depanmu. Bapak harap sebelum masuk SD nanti, kau dah bisa,” timpal Pak Lubis. Rano pun disuruh membuka buku tulisnya, bukan buku bacaan seperti biasa.
“Kalau nama Jokowi kulihat udah bisa kau menuliskannya, coba kau tulis nama Jokowi!” Pak Lubis menyerukan Rano. Rano pun menuliskan nama Jokowi dengan cepat walau tulisannya seperti cakar bebek.
“Sudah Pak,” kata Rano.
“Ya sudah tulis tentang perasaanmu terhadap Jokowi!” lanjut Pak Lubis. “Maksudnya pak,” tanya Rano lagi yang bingung kini belajar membaca sudah dimulai dengan menulis. “Coba kau ungkapkan perasaanmu tentang Pak Jokowi,”.
“Pak Jokowi Baik,” kata Rano.
“Coba kau tulis itu, huruf apa saja itu,”.
“Pe a Pa k Pak.” “Je o jo, ka o ko We i wi, Jokowi.” Dengan mudah Rano menulisnya. “Lanjut,” ucap Pak Lubis.
Rano pun mulai bingung dengan kata Baik. “Be a ba ik,” rano pun menulis huruf B A I dan K. “Bagus,” puji Pak Lubis. “Selanjutnya apalagi yang mau kau tulis?”. Rano pun bingung.
“Begini saja, kau Puji saja Presiden kita itu,”.
Seruan memuji Jokowi membangkitkan semangat Rano. Yah maklum, sosok yang dikaguminya pasti dia bangga memujinya. Malam itu, Rano menulis 7 kalimat pujian untuk Jokowi. “Pak Jokowi pintar”, “Pak Jokowi hebat”, “Pak Jokowi Lucu”, “Pak Jokowi cerdas”, “Pak Jokowi menang”, “Pak Jokowi kuat”.