Mohon tunggu...
Fiqih DarlieM
Fiqih DarlieM Mohon Tunggu... Duta Besar - Freelance

Tulisan apa saja

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Janji Pejabat Aspal Jalan Akses Desa Rawa Bangun Lakitan Selatan Tiap Periode Tak Ada Kepastian

29 Juli 2023   22:34 Diperbarui: 6 Desember 2023   10:43 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bosan dengan janji palsu. Rawa Bangun/proyek, desa program Yayasan Dana Sosial Islam (YDSI) merupakan desa yang masih tertinggal dalam akses jalan bertahun-tahun, desa tersebut masuk ke dalam administratif Nagari Lakitan Selatan, Kecamatan lengayang, Kabupaten Pesisir Selatan. Sudah lama menunggu perubahan tanpa adanya bukti dan komitmen dari janji-janji pejabat daerah, masyarakat desa Rawa Bangun sudah bosan dan kecewa. 

Sejak tahun 1977, awal Yayasan Dana Sosial Islam memberi program untuk pembukaan desa hingga saat sekarang, akses jalan menuju desa Rawa Bangun tidak banyak perkembangan. Kenyataanya akses jalan sangat diperlukan masyarakat untuk pengembangan ekonomi dan kelangsungan aktivitas. Kondisi di desa Rawa Bangun tidak sesuai dengan harapan masyarakatnya dari tahun ke tahun. Puluhan tahun kondisi jalan masih sama tanpa ada perubahan berarti. Masyarakat menginginkan pengaspalan jalan, namun hingga saat ini jalan masih tanah dan kerikil disertai lubang-lubang dalam pada jalan yang rusak semakin parah. 

Jalan di desa tersebut merupakan akses dan alternatif dari berbagai desa. Hal tersebut bisa dilihat dari peta geografis sangat strategis untuk kepentingan bersama. Akses jalan bisa di gunakan menjadi jalan pintas yang mempercepat perjalanan antar desa sebagai penghubung. Sebagai penghubung jalan dari daerah desa Seberang Tarok, desa koto Lamo, desa koto Pulai menuju kecamatan Ranah Pesisir tanpa harus jauh menempuh jalan lintas utama, juga bisa di akses sebagai jalan pintas untuk pelajar dan para pelaku pertanian. Penghematan waktu juga sebagai alternatif yang penting seharusnya mendapat perhatian yang cepat, akan tetapi sampai saat ini kondisinya tak kunjung baik.

Janji-janji politik pada masa pemilihan pejabat daerah baik itu legislatif maupun eksekutif para pejabat berulang kali tanpa ada hasil nyata. Pejabat yang berkompetisi sampai dia terpilih hanya memberikan harapan yang entah kapan dibuktikan. Persoalan pengaspalan jalan dengan alasan anggaran yang katanya sudah ada, "nanti akan dilaksanakan" selalu menjadi jawaban yang seakan menenangkan tapi hasilnya tidak pernah tampak. Masayarakat rawa bangun terkesan mudah dibohongi dan menerima apa yang pejabat tersebut katakan. Setiap pengaduan dan pertanyaan masyarakat selalu dijawab dengan alasan-alasan yang tidak berkepastian.

Kebosanan masyarakat terhadap janji-janji sering terlontar sebagai candaan di kedai kopi setempat. Bentuk kekecewaan tersebut telah menjadi olok-olokan kepada para pejabat, "anggarannya sudah ada tapi bukan untuk kita, untuk kepentingan dia dulu bukan untuk desa" begitulah kalimat yang terlontar dari obrolan masyarakat saat bercanda tentang pembangunan dan janji pejabat.

Pihak pemerintahan desa (pemdes)/Nagari dan pejabat terkait, sudah sejak lama mengetahui kondisi jalan di desa Rawa Bangun. Namun, upaya untuk perbaikan jalan tidak kunjung di upayakan. Tentu masyarakat selalu bertanya dan heran kenapa sudah sejak lama jalan akses desa tersebut terkesan dibiarkan dan tidak ada kejelasan sampai saat ini.

Padahal pada masa kampanye memberi janji, mendirikan spanduk, baliho di kawasan desa dan persimpangan tiap pergantian masa jabatan, namun ketika terpilih tidak membuat perubahan yang signifikan. hal tersebut dapat dilihat dari data hasil dan rupa perkembangan desa tersebut dari tahun ke tahun.

"sudah beberapa tahun kita memilih pejabat, dari pejabat yang kita pilih awalnya menjabat di kabupaten sampai duduk di provinsi berperiode-periode tak ada tampak perubahan apa-apa untuk jalan desa" ucap salah seorang tokoh masyarakat desa Rawa Bangun. Pada waktu pemilihan umum, di desa Rawa bangun masyarakat memilih di dua Tempat Pemungutan Suara(TPS), hal itu menunjukan bahwa masyarakat desa dengan jumlah data yang sepatutnya di perhitungkan untuk perkembangan infrastruktur. Jumlah penduduk yang tinggi tapi dengan perkembangan desa yang lamban tentu menjadi pertanyaan bersama apa ada yang salah pada keputusan yang diambil pejabat terkait ? atau pejabat yang telah terpilih lupa dengan janji yang telah di ucapkan.

Setelah periode 2019 sampai akhir 2023 akan datang, berikutnya apakah masayarakat tetap akan dihadapkan dengan kampanye yang hanya bisa omong kosong janji-janji, palsu oleh para calon pejabat yang ingin maju di periode selanjutnya ?. Mulai dari calon dewan di Dprd ataupun calon pejabat eksekutif lain, tentu saja akan saling menginginkan simpati terkhususnya pada masyarakat desa Rawa bangun. Kampanye untuk mendapatkan kursi atau jabatan di tahun pemilihan umum 2024 apakah akan ditanggapi masyarakat Rawa Bangun ? Juga terhadap janji kampanye dari para calon kandidat apa akan di hiraukan ? Calon kandidat legislatif maupun eksekutif saat ini tentu sedang mempersiapkan strategi-strategi untuk pemilihan umum yang akan berlangsung menuju 2024.

Harapan masyarakat Rawa Bangun di tahun 2024 tentu saja semakin besar, bertahun-tahun menahan rasa kecewa pada pemerintah untuk perubahan. Kedepannya para pejabat dan calon pejabat harus bisa lebih baik tidak hanya memberi janji-janji palsu tapi dengan bukti yang jelas sehingga daerah dan masyarakat Rawa Bangun benar-benar dibangun juga di sejahterakan. 29/07/23

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun