Mohon tunggu...
Fiqih Purnama
Fiqih Purnama Mohon Tunggu... Lainnya - PNS

Seorang suami yang sangat mencintai istrinya

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Manusia Seperti Apakah Prabowo Subianto?

22 April 2023   11:20 Diperbarui: 22 April 2023   11:51 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Refleksi Penugasan Ganjar Pranowo Sebagai Capres PDIP


PILPRES 2019 merupakan Head to Head paling kelam dalam sejarah Pemilu Indonesia. Pertemuan antara Prabowo  Sandiaga melawan Joko Widodo Ma'ruf Amin diwarnai perang media sosial dengan api hujat menghujat.

Kemunculan istilah cebong dan kampret hingga ditutup dengan keberlangsungan istilah Kadrun (Kadal Gurun) menjadi kata yang digunakan untuk tiap kali mengolok-olok simpatisan pendukung Prabowo Sandiaga Uno, begitupun istilah BuzzerRp.

Meski istilah tersebut hingga kini tetap digunakan dalam tatanan media sosial, kita dapat melihat realita besar yang terjadi pada 23 Oktober 2019 yakni masuknya Prabowo Subianto dalam Kabinet Indonesia Maju. Hal itu menandai rekonsiliasi dua tokoh ataupun dua aviliasi politik.

Kelogowoan Prabowo

Penulis sempat pernah melihat di media sosial cuplikan ceramah seorang ustadz, yang mana penulis lupa dan tidak memiliki data terkait cuplikan yang menyebut kira-kira begini: "Dia dihujat, dicurangi sedemikian rupa, namun dia tetap ingin berdamai dan masuk dalam kabinet. Jangan-jangan hati beliau jauh lebih baik daripada kita"
---Penulis lupa kalimat pastinya, tapi kira-kita begitulah---

Prabowo Subianto yang merupakan bagian dari Orde Baru dan berkalangan militer membuat penulis enggan menjatuhkan pilihan ke beliau, padahal lingkungan dan keluarga cenderung memilih Prabowo Subianto, namun sejak 2014 penulis selalu menjatuhkan pilihan pada Bapak Joko Widodo karena harapan keadilan infrastruktur yang mampu dibuktikannya.

 Nah, sejak Prabowo masuk dalam kabinet, penulis berfikir manusia seperti apakah beliau ini rela menjatuhkan harga diri menjadi pembantu semata-mata untuk menghindari keterbelahan masyarakat dan demi Indonesia maju. Benar mungkin, jangan-jangan beliau jauh lebih baik dari kita yang menganggap diri paling baik.

Sejak saat itulah penulis tak lagi meragukan Prabowo Subianto yang tulus dan ikhlas demi Bangsa dan Tanah Air. Padahal, bisa dilihat dari jejak digital penulis sendiri, ketidaksukaan pada beliau dulu sangat kentara. Tapi, sikap kenegarawanan Prabowo mampu menghapus stigma pribadi penulis.  

Rasa haru bercampur iba membuat penulis ingin memberi kesempatan agar beliau dapat memimpin Indonesia di kemudian hari. Terlebih, paska pelantikan Kabinet Indonesia Maju kita dihadapi dengan wabah Covid 19, dimana beredar cuplikan Prabowo Subianto yang bersumpah melihat "mantan lawan politiknya" bekerja dengan sungguh-sungguh untuk kepentingan rakyat.

Terlepas dari itu, beliau juga telah menunjukkan kinerja yang luar biasa selama menjabat Menteri Pertahanan Republik Indonesia. Beberapa kali dipercaya oleh Presiden untuk menangani hal-hal krusial dengan bukti tanpa ada rasa dendam untuk menjatuhkan mantan lawan politiknya.

Lantas, kembali lagi pada pertanyaan, Manusia seperti apakah beliau?

Manusia makhluk yang diciptakan tuhan dengan keserakahan dan hawa nafsu. Namun, sosok Prabowo Subianto merupakan manusia diluar nalar kekinian. Jauh berbeda dari penulis yang dilumuri iri dengki, dendam dosa dan kemaksiatan. Kita pertanyakan pada diri kita sendiri, baik penulis maupun pembaca.

Ketika kita dihadapi dengan posisi sebagaimana Bapak Prabowo, yang setiap kali Nyapres tidak didukung media-media besar -dapat kita framing media-media besar mengenai kecenderungan pemberitaan pada Pilpres 2014 dan 2019-. Ketika posisi kita seperti beliau yang dua kali kalah, maukah kita mengesampingkan harga diri?

Manusia seperti apakah beliau?

Penunjukan Ganjar Pranowo sebagai Capres PDIP 2024

Padahal sudah saatnya tokoh-tokoh mengambil sikap kenegarawanan Prabowo Subianto untuk melawan aviliasi ekslusif. PDIP sebagai peraih kursi terbanyak di DPR RI mampu menduetkan pasangan "PASTI MENANG" yakni Prabowo-Ganjar.

Tak lagi menggunakan rumus atau cara apapun, karena kita sadar jika kedua tokoh tersebut diduetkan, maka kemenangan sudah di tangan. Pasangan klop, Prabowo dengan manajerial baik sebagai ketua partai dan Ganjar sosok yang dekat dengan wong cilik. Besar harapan penulis untuk PDIP yang legowo menjadikan Ganjar Cawapres dari Capres Prabowo Subianto.

Namun, hal tersebut hanya khayalan belaka. Sehari menjelang Idul Fitri, Ketua Umum PDIP Megawati resmi menugaskan Ganjar Pranowo sebagai Bakal Capres 2024. Lebih ibanya lagi, Joko Widodo sosok yang selalu penulis pilih dua periode memiliki campur tangan dalam PDIP mencalonkan Ganjar Pranowo sebagai Capres bukannya sebagai Cawapres dari Prabowo Subianto.

Upaya Jokowi menjauhkan Anies dari Prabowo

Drama Capres dari PDIP membuat penulis berfikir negatif pada Bapak Presiden Joko Widodo yang dua periode penulis pilih. Apakah, jangan-jangan kedekatan Bapak Presiden yang beberapa waktu terakhir yang seakan-akan mengarahkan suksesor pada Prabowo Subianto hanyalah akal-akalan untuk Menjauhkan Prabowo dan Anies?

Karena sudah tentu, jika terjadi koalisi antara Prabowo-Anies, akan terjadi kesulitan bagi PDIP dalam memenangi kontestasi Pilpres 2024. Akan kembali lagi pertarungan sengit karena tentu ideologi yang ditawarkan berbeda dengan PDIP karena keberadaan Anies Baswedan yang disebut-sebut sebagai antitesa Joko Widodo.

Tapi itulah politik, Joko Widodo yang masih sebagai petugas partai berhasil mewujudkan penjauhan Prabowo-Anies. Hal yang lumrah dalam politik, namun berbuah pertanyaan. "Apakah tiada tempat manusia seperti Prabowo Subianto di hati Bapak Joko Widodo maupun PDIP?"

#ForPrabowo2024

Lantas haruskah Prabowo mengalah demi mewujudkan koalisi besar dan menjadi Cawapres Ganjar Prabowo?

Penulis hanya memberikan solusi, tetap #ForPrabowo2024, perkuat penjaringan Cawapres. Jangan gegabah memilih Muhaimin Iskandar, karena elektabilitas yang tidak mumpuni. Tetap dalam kabinet, tunjukan kerja tulus dan ikhlas, lalu pilihlah pendamping terbaik dengan pendongkrak elektabilitas.

Billahi fii sabililhaq Fastabiqul Khairat.

Fiqih Purnama
Pemilih Joko Widodo 2014 dan 2019

Prabowo Subianto Presiden Joko Widodo  Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) #pilpres #pilpres2024 #ganjar #jokowi #prabowo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun