Refleksi Penugasan Ganjar Pranowo Sebagai Capres PDIP
PILPRES 2019 merupakan Head to Head paling kelam dalam sejarah Pemilu Indonesia. Pertemuan antara Prabowo  Sandiaga melawan Joko Widodo Ma'ruf Amin diwarnai perang media sosial dengan api hujat menghujat.
Kemunculan istilah cebong dan kampret hingga ditutup dengan keberlangsungan istilah Kadrun (Kadal Gurun) menjadi kata yang digunakan untuk tiap kali mengolok-olok simpatisan pendukung Prabowo Sandiaga Uno, begitupun istilah BuzzerRp.
Meski istilah tersebut hingga kini tetap digunakan dalam tatanan media sosial, kita dapat melihat realita besar yang terjadi pada 23 Oktober 2019 yakni masuknya Prabowo Subianto dalam Kabinet Indonesia Maju. Hal itu menandai rekonsiliasi dua tokoh ataupun dua aviliasi politik.
Kelogowoan Prabowo
Penulis sempat pernah melihat di media sosial cuplikan ceramah seorang ustadz, yang mana penulis lupa dan tidak memiliki data terkait cuplikan yang menyebut kira-kira begini: "Dia dihujat, dicurangi sedemikian rupa, namun dia tetap ingin berdamai dan masuk dalam kabinet. Jangan-jangan hati beliau jauh lebih baik daripada kita"
---Penulis lupa kalimat pastinya, tapi kira-kita begitulah---
Prabowo Subianto yang merupakan bagian dari Orde Baru dan berkalangan militer membuat penulis enggan menjatuhkan pilihan ke beliau, padahal lingkungan dan keluarga cenderung memilih Prabowo Subianto, namun sejak 2014 penulis selalu menjatuhkan pilihan pada Bapak Joko Widodo karena harapan keadilan infrastruktur yang mampu dibuktikannya.
 Nah, sejak Prabowo masuk dalam kabinet, penulis berfikir manusia seperti apakah beliau ini rela menjatuhkan harga diri menjadi pembantu semata-mata untuk menghindari keterbelahan masyarakat dan demi Indonesia maju. Benar mungkin, jangan-jangan beliau jauh lebih baik dari kita yang menganggap diri paling baik.
Sejak saat itulah penulis tak lagi meragukan Prabowo Subianto yang tulus dan ikhlas demi Bangsa dan Tanah Air. Padahal, bisa dilihat dari jejak digital penulis sendiri, ketidaksukaan pada beliau dulu sangat kentara. Tapi, sikap kenegarawanan Prabowo mampu menghapus stigma pribadi penulis. Â
Rasa haru bercampur iba membuat penulis ingin memberi kesempatan agar beliau dapat memimpin Indonesia di kemudian hari. Terlebih, paska pelantikan Kabinet Indonesia Maju kita dihadapi dengan wabah Covid 19, dimana beredar cuplikan Prabowo Subianto yang bersumpah melihat "mantan lawan politiknya" bekerja dengan sungguh-sungguh untuk kepentingan rakyat.