Dalam usahanya itu, Zakaria tidak menyampaikan keinginannya tersebut kepada orang banyak, bahkan kepada istrinya, tetapi ia hanya mengadukannya kepada Allah SWT. Hingga pada suatu pagi Zakaria mendapati Maryam di mihrabnya lengkap dengan buah-buahan yang sedang tidak musim ketika itu. Kejadian ini diabadikan di dalam al-Qur’an:
"Zakaria berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah." Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab. Di sanalah Zakaria berdoa kepada Tuhannya." (QS. Ali 'Imran: 37-38)
Dari peristiwa tersebut, Zakaria semakin yakin Allah Maha Berkehendak atas segala sesuatu, termasuk masalah keturunan yang terus ia munajatkan kepada-Nya. Kondisi fisik Zakaria kala itu sudah tua renta, rambutnya sudah memutih, tulangnya tak sanggup lagi menopang tubuh.
Sementara istrinya sendiri adalah wanita mandul yang tak mungkin lagi punya anak. Tapi Zakaria tetap optimis. Ia tidak berputus asa dengan keadaannya yang begitu rupa. (lihat QS. Maryam: 2-6).
Hingga pada akhirnya Allah azza wajalla pun mendengar do’a panjang yang dilafazkan Nabi Zakaria. Atas jawaban Allah itu, Zakaria semakin takjub atas kehendak Allah bagaimana dirinya punya anak sementara ia sendiri sudah tua dan istrinya pun wanita yang mandul
"Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan sesungguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali." (QS. Maryam; 9)
Zakaria pun menangis hebat karena begitu gembiranya dengan kehadiran seorang anak lelaki yang kelak melanjutkan perjuangannya membawa risalah ketauhidan ini. Ia tersungkur di hadapan Allah SWT sebagai tanda syukur atas terkabulnya do’a dan kelahiran Yahya.
Pasangan yang sedang menanti kehamilan, marilah kita menyelami kisah tentang Nabi Zakaria ini. Tentang kesabarannya selama bertahun tahun menanti kehadiran generasi penerus dan kemudian Allah menjawab do’a panjang itu. Itulah dahsyatnya kekuatan kesabaran, do’a dan keyakinan.
Allah kadang tidak memberi apa yang kita harapkan, tapi sesungguhnya Dia memberi apa yang kita butuhkan. Mungkin disaat menunggu kehamilan kita merasa sedih, kecewa dan terluka dan merasa betapa tidak adilnya Allah kepada kita. Kita tidak tahu bahwa mungkin saja bulan ini sebetulnya kita memang belum membutuhkan seorang anak di mata Allah.
Namun yakin dan percayalah bahwa Allah Maha Tahu saat yang tepat untuk kita mendapatkannya. Bahwa itulah ketentuan Allah dan akan indah pada waktunya. Yakinlah bahwa Dia sedang merajut yang terbaik untuk kita.
Kita harus yakin, tak ada yang tidak mungkin, jika Allah sudah berkehendak. Bahkan wanita yang telah divonis mandul pun ternyata bisa melahirkan anak jika memang orang tersebut benar benar yakin.