Gorontalo sejatinya telah 3 kali merasakan kemerdekaan. Dimulai pertama kali Merdeka dari Animisme dan Dinamisme, terhitung sejak Islam secara resmi menjadi agama Kerajaan pada abad ke-16 yang kemudian merubah tata pemerintahan menjadi Kesultanan Gorontalo. Kedua, Gorontalo merasakan kemerdekaan dari penjajah Belanda pada tahun 1942. Ketiga, Gorontalo pada akhirnya memerdekakan dirinya menjadi sebuah Provinsi baru di bagian utara pulau Sulawesi pada tahun 2000.
Jika ditarik dalam konteks saat ini, Gorontalo pun masih harus memerdekakan diri sekali lagi dari kemiskinan dan kesenjangan yang masih cukup tinggi, meskipun disisi lain, daerah ini juga menjadi salah satu daerah yang tingkat kebahagiaan masyarakatnya tertinggi di Indonesia. Dari data BPS di awal tahun 2024, angka kemiskinan untuk Provinsi Gorontalo pada Maret 2024 sebesar 14,57 persen atau sebanyak 177,99 ribu orang. Persentase angka kemiskinan ini pun akhirnya menempatkan Gorontalo sebagai salah satu provinsi termiskin di Indonesia.
Seperti Singapura, investasi masa depan terbaik bagi Gorontalo adalah Sumber Daya Manusia!
Dengan meningkatkan kualitas pendidikan, keterampilan, dan kesehatan bagi masyarakat Gorontalo, tentu dapat memperkuat fondasi ekonomi daerahnya secara berkelanjutan. Dalam hal ini, pendidikan yang baik akan menciptakan tenaga kerja yang terampil dan inovatif, sementara kesehatan yang optimal memastikan produktivitas yang tinggi dan mengurangi biaya sosial.Â
Pemerintah Daerah bersama dengan Pemerintah Pusat seyogyanya dapat berinvestasi langsung di Gorontalo dengan menambah institusi ikatan dinas di sektor-sektor unggulan, seperti halnya pembukaan sekolah-sekolah ikatan dinas unggulan, seperti Politeknik Maritim Negeri di Gorontalo Utara untuk mempersiapkan SDM yang akan menunjang Pelabuhan Utama Anggrek sebagai hub logistik di bagian utara Indonesia, Politeknik Pertanian Negeri dan Politeknik Pertahanan Negeri di Kabupaten Gorontalo untuk mempersiapkan SDM pertanian dan pertahanan yang akan menunjang ketersediaan pangan dan keamanan di Semenanjung Utara Indonesia hingga menunjang kebutuhan pangan dan pertahanan di IKN Nusantara, Politeknik Pariwisata Negeri di Kabupaten Bone Bolango yang dapat mendukung sektor ekowisata unggulan Gorontalo (mulai dari wisata hiu paus, bunga karang salvador dali, situs babi rusa dan tarsius, situs migrasi burung di danau limboto, hingga penangkaran burung maleo), hingga Politeknik Penerbangan Negeri yang dapat didirikan di Bandara Panua, Kabupaten Pohuwato yang baru saja diresmikan Presiden Joko Widodo tahun ini sebagai salah satu bandara perintis di Kawasan Teluk Tomini dan diproyeksikan sebagai penunjang transportasi udara menuju IKN Nusantara.
Dengan kolaborasi dari semua pihak dengan cita-cita membangun Gorontalo Unggul untuk Indonesia Emas 2045, bukan tidak mungkin jika bumi Gorontalo akan mampu mencetak kembali tokoh-tokoh Gorontalo yang berhasil di kancah nasional hingga internasional, seperti B. J. Habibie (Presiden ke-3 dan Bapak Teknologi Dirgantara), John Ario Katilie (Bapak Geologi Indonesia), Hans Bague Jassin (Paus Sastra indonesia), Jusuf Sjarief Badudu (Pakar Linguistika Indonesia), dan Thayeb Mohammad Gobel (Pelopor Industri Elektronika Indonesia).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H