Mohon tunggu...
Bung Fiqhoy
Bung Fiqhoy Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat sastra dan jelajah rasa

Bangunlah Jiwanya, Bangunlah Badannya untuk Indonesia Raya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Akhirnya Terungkap! Ada Proklamasi Kemerdekaan Sebelum Soekarno-Hatta, Kapan dan Dimana?

13 Agustus 2024   23:19 Diperbarui: 13 Agustus 2024   23:26 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Arsip Sejarah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Gorontalo, yang kemudian dikenal sebagai Hari Patriotik 23 Januari 1942 (Sumber: Wikimedia/FR)

Pada hari ini tanggal 23 Januari 1942,
Kami Bangsa Indonesia yang berada di sini
Sudah merdeka bebas, lepas dari penjajahan bangsa manapun juga

Bendera kita Merah Putih,
Lagu kebangsaan kita adalah Indonesia Raya,
Pemerintah Belanda sudah diambil alih Pemerintah Nasional

Atas nama segenap rakyat,

Ketua Komite Duabelas,
Nani Wartabone.

Bendera Pusaka Merah Putih asli yang dikibarkan di Gorontalo, 23 Januari 1942 (Sumber: Wikimedia/FR)
Bendera Pusaka Merah Putih asli yang dikibarkan di Gorontalo, 23 Januari 1942 (Sumber: Wikimedia/FR)

Sekali ke Djogja tetap ke Djogja!

Semboyan Sekali ke Djogja tetap ke Djogja dilontarkan oleh salah satu Senator Gorontalo, Ayuba Wartabone dalam forum Parlemen Indonesia Timur. Semboyan ini kembali menjadi bukti tegas rakyat Gorontalo yang tetap ‘setia hingga akhir’ dengan adanya Pemerintahan Nasional di Jogjakarta, yang saat itu menjadi ibukota negara Indonesia. 

Meskipun Sulawesi saat itu tengah bergolak dengan adanya protes dengan kebijakan Pemerintahan Nasional hingga meningkat pada isu separatisme dan upaya memisahkan diri, seperti halnya gerakan PERMESTA, namun lagi-lagi Gorontalo menunjukkan kesetiaannya untuk tetap bergabung dalam pemerintahan resmi dibawah bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). 

Kesetiaan ini kemudian ditunjukkan dengan bergabungnya rakyat Gorontalo dibawah komando Nani Wartabone yang kemudian membentuk Pasukan Rimba untuk menumpas perlawanan PERMESTA di bumi Gorontalo. Pasukan Rimba kemudian dibantu oleh pasukan Batalyon 512/Brawijaya dari Jawa Timur yang dipimpin oleh Kapten Acub Zaenal, dan Batalyon 715/Hasanuddin, Sulawesi Selatan, yang dipimpin Kapten Piola Isa (Kapten Piola Isa adalah putra asli Gorontalo yang dalam perjalanan karirnya kemudian berhasil meraih pangkat Brigadir Jenderal TNI AD). Ketiga pasukan gabungan ini kemudian berada dibawah kendali Operasi Sapta Marga II, dibawah komando Mayor Agus Prasmono.

Nani Wartabone menerima penghargaan dari Letjen A. H. Nasution, didampingi oleh Brigjen Gatot Subroto, dkk (Sumber: Wikimedia/FR)
Nani Wartabone menerima penghargaan dari Letjen A. H. Nasution, didampingi oleh Brigjen Gatot Subroto, dkk (Sumber: Wikimedia/FR)

Gorontalo sekali lagi harus Merdeka!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun