Gorontalo, terkenal dengan sebutan Serambi Madinah, merupakan salah satu daerah di Nusantara yang mencatatkan sejarah penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Daerah yang letaknya diapit oleh dua perairan strategis ini, yaitu Laut Sulawesi dan Teluk Tomini, berhasil memerdekakan diri lebih dahulu sebelum Proklamasi Soekarno – Hatta pada tahun 1945.Â
Berikut beberapa catatan sejarah Gorontalo yang perlu dipelajari oleh generasi muda masa depan.
Hari Patriotik Proklamasi Gorontalo, 23 Januari 1942
pejuang dari Suwawa, sebuah daerah di timur Gorontalo.Â
Menariknya, Gorontalo telah memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, tiga tahun lebih awal dari Proklamasi 17 Agustus 1945. Proklamasi Gorontalo dibacakan oleh Abdullah Wartabone yang kemudian dikenal dengan nama Nani Wartabone, seorang petaniIa kemudian ditemani oleh Koesno Danupojo, seorang Guru Pejuang dari Surakarta yang telah menikah dan memiliki istri bernama Moen Hippy, seorang pejuang perempuan dan tokoh terpelajar Gorontalo.Â
Nani dikenal perjuangannya melalui Jong Gorontalo, sedangkan Koesno melalui GAPI (Gabungan Politik Indonesia), ia adalah ketua GAPI Gorontalo pada saat itu (Dalam catatan sejarah, Koesno kemudian menjadi Gubernur Lampung pertama, sedangkan Nani Wartabone menjadi Residen Sulawesi Utara).Â
Kedua tokoh yang dikenal dengan sebutan Sang Proklamator dari Timur ini pun merupakan punggawa utama dari Komite Dua Belas yang turut merancang jalan kemerdekaan Indonesia dari tanah Gorontalo. Adapun para anggota Komite 12 adalah Abdullah (Nani) Wartabone (Ketua), R. M. Kusno Dhanoepojo (Wakil Ketua), Oe H. Buluati, A.R Ointoe, Usman Monoarfa, Usman Hadju, Usman Tumu, A.G. Usu, M. Sugondo, R.M Dhanu Watio, Sagaf Alhasni dan Hasan Badjeber.
Proklamasi Gorontalo adalah Indonesia Merdeka!
Dengan adanya kesempatan memrpoklamasikan kemerdekaan, Nani Wartabone bersama para tokoh pejuang di Gorontalo justru lebih memilih memperjuangkan kemerdekaan atas nama Negara Indonesia daripada memerdekakaan daerahnya sendiri menjadi negara yang bebas dan berdaulat. Pilihan ini tentu menggambarkan bahwa cita-cita luhur rakyat Gorontalo sejak dahulu adalah lepas dari penjajahan Belanda dan mendirikan negara berdaulat, yaitu Indonesia.Â
Konsep negara Indonesia yang pondasinya telah ditegaskan oleh rakyat Gorontalo sejak 1942, menjadi bukti bahwa mimpi negara republic Indonesia yang terpatri sejak Sumpah Pemuda 1928 adalah cita-cita luhur bersama seluruh elemen rakyat di Nusantara. Konsep persatuan nasional yang digagas sejak lama ini pun pada akhirnya dicetuskan secara lantang dari bumi Gorontalo.
Teks Proklamasi Gorontalo, 23 Januari 1942