Mohon tunggu...
Fioreza F. Z
Fioreza F. Z Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pendidikan Sosiologi, FIS, UNJ

19:45 PM - Perfect Cardamome

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pentingnya Kesehatan Mental Selama Pembelajaran Jarak Jauh

6 November 2020   21:30 Diperbarui: 6 November 2020   21:32 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada pertengahan Maret 2020 Indonesia digemparkan dengan berita pasien kasus pertama dari Covid-19. Telah tiba saatnya pandemi menyerang negri ini. Selama mingu-minggu awal kegiatan dalam bidang pendidikan masih berjalan secara normal diiringi dengan peralihan dan pengawasan protokol kesehatan. Masyarakat menuntut tindakan pemerintah dan kesigapannya dalam menghadapi pandemi yang sudah mulai meluas. Akhirnya pemerintah mulai menetapkan kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Segala kegiatan di luar rumah dan yang berkaitan dengan massa yang banyak mulai dibatasi. 

Perkantoran mulai diberlakukan WFH (work from home), kegiatan ekonomi seperti pasar hanya dibuka untuk mereka yang menyediakan kebutuhan pangan dan kebutuhan darurat, pengunjung dan jam oprasional berbagai tempat dan fasilitas publik dibatasi, bahkan hingga penutupan tempat-tempat wisata. Hal tersebut berlaku pada bidang pendidikan. 

Sekolah-sekolah harus berpindah ruang ke dalam ruang belajar secara daring. Pembelajaran jarak jauh dilakukan dengan memanfaatkan berbagai aplikasi yang tersedia di internet, seperti Zoom atau Google Meet untuk video confrece kelas tatap muka, Google Classroom, Moodle, Youtube, Spotify, bahkan hingga WhatsApp yang sebagai media paling mudah digunakan untuk menunjang kegiatan pembelajaran. 

Dengan menggunakan media daring, tentu murid harus menyiapkan modal lebih seperti kuota internet dan juga gawai yang memadai. Hal ini menjadi salah satu faktor penghambat berjalannya kegiatan pembelajaran yang efektif. Belum lagi mereka yang tingal di daerah terpencil yang kesulitan mencari sinyal.

Keadaan memaksa semua orang untuk dapat beradaptasi dengan pembelajaran jarak jauh dengan media daring. Baik guru maupun murid mengalami hambatan, karena mayoritas masyarakat Indonesia terbilang awam untuk melakukan pembelajaran daring. Bagi para tenaga pendidik, pembelajaran jarak jauh tentu menjadi tantangan baru, karena dapat mempengaruhi rencana pembelajaran yang sudah disusun. Seperti yang kita tahu, kurikulum sekarang merupakan student centered learning dan juga menjalankan penanaman pendidikan moral bagi para peserta didik. Kegiatan yang seharusnya dilakukan aktif di dalam kelas dengan interaksi fisik harus berpindah ke media virtual. 

Dengan ruang yang dapat dibilang luas namun juga terbatas, guru harus lebih sensitif lagi. Sementara itu keluhan juga terus datang dari para peserta didik yang menganggap bahwa pembelajaran daring hanya memberikan mereka banyak tugas, sementara mereka tidak paham materi yang dipelajari. Hal tersebut berpengaruh pada mental siswa yang berkaitan dengan antusiasme dan semangat mereka dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. 

Dari sini dapat kita lihat, budaya belajar yang baik tidak hanya harus dilaksanakan di sekolah namun juga di rumah sebagai lingkungan terdekat. Berbulan-bulan menghabiskan waktu di rumah membuat banyak siswa merasa lebih tertekan, ditambah lagi mereka yang dibatasi untuk tidak boleh berpergian ke luar rumah. Rasa rindu terhadap suasana sekolah dan berkumpul dengan teman-teman sebaya secara langsung menambah tekanan bagi kesehatan mental mereka. Bagaimana tidak? Masa remaja memang seharusnya dihabiskan dengan mengeksplorasi banyak hal di dunia luar.

Secara sederhana, memang pembelajaran jarak jauh terlihat santai. Tidak membutuhkan waktu lebih untuk bersiap, berangkat ke sekolah, bergelut dengan kerasnya jalanan, dan sebagainya. akan tetapi tugas yang diterima seperti bertambah, baik itu pekerjaan rumah maupun tugas sekolah. Ditambah dengan segala faktor penghambat lainnya yang membuat kondisi mental peserta didik drop. Maka tidak heran jika peserta didik pada akhirnya menjadi apatis dalam kegiatan pembelajaran.

Pandemi sudah berjalan selama beberapa bulan dan keadaan di Indonesia masih juga belum stabil. Kita tidak tahu kapan tepatnya suasana akan kembali normal seperti biasa. Sehingga sampai waktu yang belum ditentukan, mungkin kegiatan pembelajaran akan terus dilakukan secara online. Maka dari itu, sebagai pemuda yang juga mengenyam bangku sekolah, hal seperti menjaga kesehatan mental merupakan kunci terpenting dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Terutama ketika pembelajaran jarak jauh di masa pandemi seperti ini. Dengan kesehatan mental yang terjaga maka kesibukan menjalani aktivitas dapat dilakukan secara ringan dan lebih oplimal.

Banyak hal yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan mental dalam keadaan seperti sekarang ini. Misalnya yang pertama yaitu dengan cara membagi waktu. Ketika di rumah segala kegiatan menjadi tidak berasa, terutama jika hanya dihabiskan di dalam kamar. Maka dari itu buat rancangan kegiatan yang digemari agar menghilangkan rasa bosan. 

Tidak harus secara ketat, yang penting kita dapat mengolah hari demi hari menjadi lebih baik. Seperti urutkan skala prioritas tentang apa yang harus dikerjakan terlebih dahulu, alokasi waktu untuk mengerjakan tugas sekolah dan tugas rumah, mengisi waktu luang dengan hobi, dan sebagainya. Lakukan self-healing ketika kita sudah merasa mulai tertekan dengan keadaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun