Mohon tunggu...
Fiona Try
Fiona Try Mohon Tunggu... Jurnalis - S1 Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

When nothing is sure, everything is possible.

Selanjutnya

Tutup

Film

Pengambaran Teori Psikoanalisis dalam Film Me Vs Mami (2016)

16 November 2021   15:36 Diperbarui: 10 Desember 2021   00:14 1028
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Me vs Mami (2016) merupakan film bergenre drama, komedi, keluarga yang disutradarai oleh Ody C. Harahap. Banyaknya film yang digarap oleh Ody Harahap didominasi oleh genre komedi, salah satunya adalah film Me VS Mami (2016) dan film lainnya seperti Sweet 20 (2017), Orang Kaya Baru (2019), dan lain-lain.

Me vs Mami (2016) dapat dikatakan representasi dari cerita di kehidupan nyata antara hubungan anak dan orang tua yang kurang baik. Konflik yang timbul dalam keluarga terutama kepribadian tokoh dalam film didapati berkenaan dengan kepribadian psikologi dalam aspek id, ego, dan superego oleh Sigmun Freud.

Teori Psikoanalisis Sigmund Freud

Teori yang dicetus oleh Sigmund Freud ini menjelaskan bagaimana id merupakan komponen biologis yang dipahami sebagai perasaan naluri, seperti munculnya nafsu. Ego berhubungan  dengan psikologis, ego merupakan sistem dalam proses berpikir secara realistis. Terakhir, Super ego berkaitan dengan hati nurani, moralitas, idealis dan mewakili aspek-aspek id-ego. (Husin. 2018. 50-53)

Sinopsis Singkat Film Me vs Mami (2016)

Singkatnya film ini akan bercerita tentang seorang single mom yang sangat peduli kepada putri tunggalnya. Namun kepedulian Maudy sebagai ibu terkesan mengekang dan tidak mengerti keinginan Mira. Selain overprotective, Mira merasa kecewa dengan keputusan Maudy yang bercerai dengan suaminya atau ayah dari Mira. Sehingga seringkali didapati konflik perbedaan pendapat oleh kedua tokoh ini.

Pemahaman tentang cinta ibu dan cinta anak ini terkadang membutuhkan pengalaman perselisihan, perbedaan pendapat dan reaksi antara id, ego, dan superego. Hubungan mereka tidak sesederhana hubungan ibu-anak biasa. Namun, mereka mampu memahami keinginan masing-masing dari lubuk hati mereka.

Lalu bagaimana id, ego, dan super ego yang muncul antar konflik kedua tokoh ini?

Drama Ibu dan Anak

Sumber: tangkapan layar pribadi
Sumber: tangkapan layar pribadi

Film dibuka dengan memperlihatkan ketidak akuran yang berujung perdebatan antara tokoh anak bernama Mira (Irish Bella)  dan tokoh ibu bernama Maudy (Cut Mini). Perdebatan antar ibu-anak ini terjadi akibat konflik psikologis yang dipengaruhi dari kepribadian dan perilaku kedua tokoh.

Masalah karakter antara Mira dan Maudy tidak dapat dipisahkan, kurangnya komunikasi antara ibu dan anak memicu terjadinya konflik dari aspek psikologis id, ego, dan superego antara tokoh.

Perdebatan ronde kedua dimulai kembali saat Mira mendapatkan telepon dari Neneknya untuk berkunjung ke Padang. Maudy yang mengetahui hal itu secepatnya menunjuk diri untuk menemani anaknya.

Akan tetapi, sikap Mira yang hanya ingin pergi ke padang seorang diri, menolak keinginan Maudy untuk menemani dirinya. Mira mencoba untuk mempertahankan id agar tetap pergi seorang diri. Meskipun secara logika tindakan Mira pergi sendirian ke Padang akan membuat Maudy khawatir. Namun ego dalam diri Mira percaya bahwa dirinya sudah dewasa dan wajar jika pergi seorang diri.

Karena Mira tetap mempertahankan idnya, hal ini menunjukan bawa karakter Mira memang keras kepala.

Id dalam diri Maudy berperan juga agar ia bisa menjaga anaknya di Padang dan terlihat dari ucapan Maudy kepada Mira, "mami pergi, kamu pergi. Mami stay, kamu stay".

Melihat perilaku Mira hal ini dinyatakan dalam buku An Introduction To Critism: Literature, Film, Culture oleh Michael Ryan , kehidupan pikiran adalah campuran kognisi dan emosi, kesadaran sadar dan proses bawah sadar, perilaku rasional yang diarahkan sendiri dan didorong oleh insting tindakan. (Ryan, 2012)

Saat Logika (ego)  Hilang Akibat Nafsu Sesaat (id).

Sumber: tangkapan layar pribadi.
Sumber: tangkapan layar pribadi.

Di awal pemutaran film kita dibuat tertawa akibat komedi yang berada dalamnya, namun pada pertengahan film kita akan dibuat merasakan perasaan menyedihkan akibat dari ucapan Mira kepada Maudy yang menyakitkan.

Saat berada di Padang, kedua tokoh terlihat damai meskipun terkadang muncul sedikit perdebatan. Rasa hangat kasih seorang ibu, suasana yang nyaman dan membangun membuat hubungan antara kedua tokoh sedikit membaik.

Meski demikian, Maudy yang kurang menyukai Mira dekat dengan lelaki baru yang ditemui di pinggir jalan menjadi topik untuk memulai pertengkaran baru kembali bagi keduanya. Hati nurani (superego) dan id bekerja sama sehingga Maudy ingin anaknya tidak salah pilih lelaki yang akan menjalin hubungan dengan dirinya.

Mira yang tidak setuju, mengatakan hal yang tidak pernah dibayangkan oleh Maudy. Mira menyatakan bahwa Maudy tidak membuatnya bahagia setelah bercerai dengan ayahnya dan Maudy tidak berhak menasehati dirinya soal percintaan karena Maudy pun gagal dalam percintaan.

Penolakan nasehat mengenai percintaan tersebut masuk kedalam pemahaman mengenai Kognisi yang merupakan cara utama kita untuk terlibat dengan dunia; itu memungkinkan kita untuk memahami apa yang kita lihat, untuk memproses dan mengkategorikan informasi sensorik, dan untuk mengembangkan konsep untuk pemahaman pengalaman kami. (Ryan, 2012)

Sikap Mira yang akhirnya meninggalkan Maudy tanpa mendengarkan penjelasannya, menunjukan kepribadian Mira yang sulit mengontrol emosi karena id dan ego yang saat itu lebih mendominasi dirinya.

Penutup 

Melihat Mira yang berlari ke arah hutan, Maudy bersikeras mencari anak semata wayangnya dan kemudian berusaha menggendong Mira dengan sekuat tenaga dikarenakan ia menemukan anaknya dalam kondisi pingsan.

Lalu film ditutup dengan mempertemukan Mira, Maudy dan Adam yang merupakan mentan suami Maudy.

Daftar Pustaka

Ryan, Michael. (2012). Psychoanalysis and psychology. [1st]. Dalam An introduction to critism: literature, film, culture. United Kingdom: Blackwell.

Husin. (2018). Id, Ego, Supergo dalam pendidikan islam. Jurnal ilmiah dan kemasyarakatan. diakses pada 09 Desember 2021. dari https://www.researchgate.net/publication/334654534_ID_EGO_DAN_SUPEREGO_DALAM_PENDIDIKAN_ISLAM

 

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun