Berbicara mengenai kuliner di Indonesia, tentu tidak akan ada habisnya. Apalagi Indonesia merupakan negara yang kaya akan kuliner sehingga negara ini disebut sebagai "surganya kuliner".Â
Tetapi pernahkah terpikir oleh kalian bagaimana makanan Indonesia dari sabang sampai Merauke dapat dikenal luas meskipun ada beberapa makanan yang kurang menonjol namun sekarang makanan tersebut ikut menjadi primadona ditetiap daerah di Indonesia.
Apakah hal ini disebabkan oleh campur tangan awak media yang meliput tentang makanan di Indonesia? Atau ada seseorang yang menuangkan hobinya sambil membantu mengenalkan makanan Indonesia ini? karena pada dasarnya zaman dahulu sebelum teknologi semakin canggih, pengenalan kuliner ini biasa dilakukan oleh program yang dibuat oleh stasiun televisi mulai dari cara membuat, review, dan hal hal yang berhubungan dengan kuliner.
Misalnya acara Tv yang pernah saya tonton ketika kecil yaitu: Selera Nusantara di RCTI yang dipandu oleh 'Rudy Choirudin', lalu acara favorit saya di Trans Tv 'Wisata Kuliner' dipandu oleh alm. Bondan Winarno salah satu pemandu acara yang juga favorit saya hingga saat ini. Terakhir ada acara masak yang dipandu oleh Enita Sriyana yaitu 'Santap Nusantara' dengan pembawaannya yang khas  saat  memasak.(Wakuliner, 2019) eitss.. kalian pasti lagi ikut bernostalia sama aku nihh
Nah, melihat bagaimana perkembangan zaman yang ada nyatanya kini mulai muncul individu yang memanfaatkan platfrom sosial media sebagai tempat berbagi foto dan video mengenai kuliner yang kita sebut dengan Food Blogger.Â
Food blogger adalah  orang-orang yang mempromosikan, mengomentari, memotrret  makanan  trendi dan membagikannya di blog mereka. Namun, ada sebagian orang yang mengklaim bahwa food blogger  hanya makan makanan gratis, tidak memiliki cukup pengetahuan di bidang makanan, dan masyarakat percaya bahwa semua makanan dianggap enak karena dibayar oleh pihak restoran. (Syahbani & Widodo, 2017, h. 46)
Apa Keuntungan Food Blogger Pada Masyarakat?
Sebelum itu, saya akan mencoba mengaitkan hal ini dengan salah satu teori perubahan sosial yaitu teori fungsionalis. Teori ini merupakan teori yang dominan dalam antropoligi yang memandang budaya sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
 Perubahan yang terjadi dimasyarakat dilihat dari apakah perubahan itu bersifat fungsional (menguntungkan) yang akan dfiterima masyarakat  atau disfungsional (tidak menguntungkan) yang akan ditolak oleh masyarakat. (Macionist, 1997)
Menurut pendapat saya pribadi, hadirnya food blogger ini membuat kemudahan yang nyata ketika saya ingin membeli sebuah makanan didaerah tertentu namun masih ragu akan rasanya.Â
Oleh karena itu, sebelum membeli saya selalu melihat review dari akun food blogger seperti @wisatakulinertasikmalaya yang memuat isi makanan di daerah tempat tingga saya yaitu Kota Tasikmalaya.
Selain itu yang saya suka dari food blogger ini adalah mereka selalu jujur dalam memberikan ulasan mengenai makanan itu, memang food blogger benar adanya jika seringkali mendapat endorse review makanan.Â
Pernah saya temui bahwa ada beberapa akun Instagram kuliner mengklaim bahwa makanan yang di endorse tidak bisa langsung mereka posting ke beranda, namun harus melalui tahap uji coba rasa oleh food blogger terlebih dahulu agar para pembeli nantinya tidak meragukan mengenai rasa terhadap makanan itu.
Selain masyarakat yang merasa diuntungkan dengan food blogger, ternyata perusahaan makananpun merasa bahwa food blogger ini sangat fungsionalis terutama dalam menarik pelanggan, seperti yang dikatakan oleh General Manager Marketing & PR Boga Group Ellen Widodo kepada Marketeers. "Food blogger itu sangat membantu kami.Â
Sekarang itu, orang-orang suka meminta rekomendasi tempat makan ke temannya, mencari referensi dari blog dan media sosial. Untuk itu, kami biasanya memanfaatkan food blogger untuk mengulas makanan kami," Â (Marketeers, 2016)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H