Pentingnya mempelajari sejarah berperan penting dalam usaha mengembangkan  karakter bangsa dan menanamkan nilai-nilai budaya. Berdasarkan penjelasan Kasmadi, tujuan belajar sejarah adalah untuk menggiatkan semangat patriotisme, kecintaan terhadap tanah air, masyarakat, dan negara. Pelajaran sejarah ini memiliki kemampuan untuk mengembangkan potensi siswa agar lebih mengenal nilai-nilai nasional yang diperjuangkan di masa lalu, dijaga, dan disesuaikan dengan zaman sekarang serta dikembangkan untuk masa depan. Di samping itu, juga dalam catatan sejarah ditunjukkan tentang berbagai peristiwa dan kejadian yang sebenarnya yang telah terjadi pada masa lalu, bukan hanya cerita khayalan semata. Contohnya adalah seperti ketekunan para pejuang melawan penjajah dalam menjaga martabat negara (Permana, 2015).
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (Mendikbud) mempunyai konsep yaitu 'Merdeka Belajar' hal ini yang menjadi pemecah masalah untuk sistem pendidikan di Indonesia. Merdeka Belajar mempunyai tujuan menanamkan pelajar yang berani, mandiri, berpikir kritis, sopan, beradap dan berakhlak mulia.Â
Konsep Merdeka Belajar memiliki beberapa perbedaan dengan konsep pendidikan yang sebelumnya, misalnya pendidik dalam konsep sebelumnya cenderung pasif sedangkan dalam konsep Merdeka Belajar pendidik cenderung aktif yang dinamakan Guru Penggerak. Sistem dari konsep ini merombak Kegiatan Belajar Mengajar yang biasanya terpaku di dalam kenas, kini dapat merasakan hal baru yakni di luar kelas sebagai sebuah strategi pembelajaran yang di pakai oleh Guru Penggerak. Siswa lebih aktif dalam menggali informasi baru yaang dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaranya sediri.
Peningkatan kualitas peserta didik didampingi oleh pendidik sesuai dengan konsep Merdeka Belajar, guru di tuntut harus inisiatif sebagai pemberi materi dan contoh bagi siswa. Menurut Kemendikbud, pembelajaran tidak akan pernah terjadi jika dalam prosesnya tidak ada proses penerjemahan dari kompetensi dasar dan kurikulum yang ada oleh guru dalam kompetensi di level apapun. Terdapat Enam aspek Profil Pelajar Pancasila yang dirumuskan Kemendikbud yaitu: 1) Beriman, Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak Mulia, 2) Kreatif, 3) Gotong Royong, 4) Berkebinekaan Global, 5) Bernalar Kritis, 6) Mandiri. Menurut Nazir (1998 : 145 ) faktor pendukung pembentukan profil Pelajar Pancasila dibagi menjadi indikator internal dan eksternal sebagai berikut: 1) Pembawaan (internal). Sifat manusia yang dimiliki sejak ia lahir di dunia. Sifat yang menjadi faktor pendukung ialah mengurangi kenakalan remaja, beribadah kepada Allah dengan taat, tidak hanya mementingkan duniawi, fokus kepada cita-cita. 2) Kepribadian (internal).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H