Mohon tunggu...
Rafinna Shavira
Rafinna Shavira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Kkn

Makan Besar di Jalan Desa Banyukuning: Merayakan Malam Satu Suro dengan Kearifan Lokal

30 Juli 2024   10:38 Diperbarui: 30 Juli 2024   10:41 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Desa Banyukuning

Desa Banyukuning adalah sebuah desa yang terletak di wilayah dengan kondisi geografis yang cukup bervariasi. Desa ini berada di daerah perbukitan yang dikelilingi oleh pemandangan alam yang indah dan hijau, memberikan suasana yang sejuk dan nyaman. Letaknya yang strategis membuat desa ini menjadi tempat yang ideal untuk bercocok tanam dan beternak, dua mata pencaharian utama bagi sebagian besar penduduknya. Mayoritas penduduk Desa Banyukuning bekerja di sektor pertanian. Lahan pertanian yang subur memungkinkan mereka menanam berbagai macam tanaman seperti padi, jagung, sayuran, dan buah-buahan. Pertanian di desa ini masih dilakukan secara tradisional, dengan memanfaatkan pengetahuan lokal dan teknologi sederhana, tetapi hasilnya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan bahkan dijual ke pasar terdekat.

Terletak di ketinggian 850 mdpl, yang merupakan salah satu desa yang tertinggi di Kecamatan Bandungan setelah Desa Candi. Desa Banyukuning merupakan desa dengan dusun terbanyak. Terdiri dari 12 dusun, diantaranya: 

  • Dusun Krajan, 
  • Dusun Berokan, 
  • Dusun Pakisan, 
  • Dusun Kayuapak, 
  • Dusun Tlogosari, 
  • Dusun Kaliwinong, 
  • Dusun Kedungwangan, 
  • Dusun Banaran, 
  • Dusun Jangglengan, 
  • Dusun Gentan, 
  • Dusun Mendongan, dan
  • Dusun Ploso.

Tradisi Malam Satu Suro

Desa Banyukuning adalah cerminan sejati dari kearifan lokal dan kekayaan budaya yang masih terjaga dengan baik di Indonesia. Salah satu tradisi yang paling menonjol dan menjadi identitas kuat desa ini adalah perayaan Malam Satu Suro. Malam Satu Suro, yang menandai pergantian tahun dalam penanggalan Jawa, di Desa Banyukuning dirayakan dengan penuh kekhidmatan dan kebersamaan melalui acara Makan Besar di jalan desa.

Tradisi Malam Satu Suro di Desa Banyukuning bukan sekadar perayaan kalender, melainkan sebuah upacara budaya yang mengikat warga desa dalam solidaritas dan gotong royong. Setiap keluarga di desa turut ambil bagian dengan menyiapkan berbagai hidangan khas yang disajikan di sepanjang jalan desa. Proses persiapan yang melibatkan seluruh warga desa ini mencerminkan kuatnya rasa kebersamaan dan kerja sama di antara warga. Mereka bergotong royong membersihkan, menyiapkan meja dan tikar, serta memastikan segala sesuatunya berjalan lancar.

Lebih dari sekadar makan bersama, acara ini mengandung nilai-nilai filosofi dan spiritual yang mendalam. Doa-doa dipanjatkan sebagai ungkapan syukur dan harapan akan keberkahan di tahun yang baru. Tradisi ini juga menjadi momen penting bagi generasi muda untuk belajar dan memahami warisan budaya yang telah dijaga selama berabad-abad.

Pada tahun ini, kehadiran kami, anggota KKN, membawa warna baru dalam perayaan Malam Satu Suro di Desa Banyukuning. Kami turut berpartisipasi aktif dalam semua rangkaian kegiatan, mulai dari persiapan hingga pelaksanaan acara. Bersama dengan warga, kami membantu membersihkan jalan dan menyiapkan tempat-tempat duduk serta meja-meja untuk hidangan. Melalui interaksi ini, kami merasakan langsung semangat gotong royong yang begitu kental di desa ini.

Keterlibatan kami tidak berhenti pada tahap persiapan. Pada malam puncak perayaan, kami juga mengambil bagian dalam penyajian makanan dan berbaur dengan warga dalam suasana penuh keakraban. Kami belajar membuat beberapa hidangan khas dari para ibu di desa dan membantu menyajikannya di meja-meja panjang yang membentang di sepanjang jalan. Pengalaman ini memberi kami wawasan baru tentang kekayaan kuliner dan budaya lokal yang mungkin jarang kami temui dalam kehidupan sehari-hari.

Tidak hanya itu, kami juga berkesempatan untuk menyaksikan berbagai pertunjukan kesenian tradisional yang diselenggarakan sebagai bagian dari perayaan. Kelompok-kelompok seni dari desa menampilkan tarian, musik, dan pertunjukan lainnya yang memukau. Kami tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga ikut serta dalam beberapa tarian dan pertunjukan, menambah keakraban dengan warga desa.

Melalui partisipasi dalam perayaan ini, kami belajar banyak tentang nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam tradisi Malam Satu Suro. Kami merasakan betapa pentingnya kebersamaan, gotong royong, dan saling menghargai dalam membangun harmoni di masyarakat. Pengalaman ini tidak hanya memperkaya pengetahuan kami tentang budaya lokal, tetapi juga memperkuat rasa kebersamaan dan solidaritas di antara anggota KKN.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kkn Selengkapnya
Lihat Kkn Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun