Sebelumnya, selamat pada Eka Kurniawan yang telah meraih Prince Claus Award 2018. Jaya selalu penulis Indonesia.
Salah satu hal yang membuat saya menyukai buku-buku fiksi adalah kejujuran dan kesederhanaan penulis yang tidak saya temui dalam buku-buku motivasi, sejarah, sosial budaya, biografi, dll. Saya mendapat pelajaran dari Mirah, dalam sebuah cerpen Eka Kurniawan yang berjudul "Pelajaran Memelihara Burung Beo"
1. Jangan pernah jatuh cinta hanya karena lama tinggal di bawah satu atap.
2. Jangan jatuh cinta hanya karena lama pernah berbaring di atas ranjang yang sama.
3. Yang paling tolol dari semuanya adalah, menurut Mirah; jangan punya anak hanya karena jatuh cinta.
Tiga patuah dari Mirah dalam cerpen tersebut sangat mengusik bagi saya, cinta adalah "ah, saya tidak paham bagaimana cinta bekerja dalam diri saya". Tapi ketika saya merasa nyaman dari segi kecocokan sikap, obrolan yang nyambung, selera humor yang bagus, yang paling penting pria tersebut punya landasan agama yang baik (minimal salat 5 waktu) saya akan menimbangnya sebagai cinta. Kalau beratnya 10kg ya tinggal dikalikan ongkirnya berapa? hahaha.
Dan yang paling penting saya merasa seimbang. Saya didengar, dan saya mendengarkannya. Cinta itu saling melengkapi, dengannya kita merasa hal-hal berat di masa depan bisa diatasi meski pun tidak mudah, karena kita percaya. Kita merasa lebih bersemangat, lebih bergairah dengan hidup yang kita rasa stagnan sebelum ia datang. Saya tidak tahu bagaimana dengan anda?
Cinta ketika sudah dewasa dengan masih ABG kinyis-kinyis akan sangat jauh berbeda. Ketika sudah dewasa kita sudah siap untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius. Lebih bisa mengontrol antara hati dan logika agar tetap seimbang. Ketika sudah dewasa mind mapping tentang cinta akan berubah (pernikahan, anak, keluarga, hubungan yang harmonis, grow old with me) semacam kata-kata klise tapi membahagiakan apa lagi jika bisa menjadi kenyataan. Akan sangat berbeda ketika kita masih menjadi ABG labil yang mudah baperan.
Kita tidak akan menemukan cinta pada hangatnya ranjang, kehangatan bisa di pesan seperti memesan cokelat hangat ketika anda tersesat di sebuah tempat dalam kondisi hujan lebat. Cinta itu bukan sekadar berbagi kehangatan. Tawa dan sedih bermain di sana, sakit dan manis anda bagi, baik dan buruk tidak anda tutupi, anda menjadi diri sendiri tanpa harus sibuk harus sebaik apa anda agar dicintai.
Hanya karena jatuh cinta, memang terkadang semua bisa terjadi. Bahkan hal-hal buruk sekali pun bisa menjadi baik lantaran dibenarkan oleh hati, sementara logika kehilangan fungsinya seketika.
Hanya karena cinta yang buta orang-orang memutuskan untuk hidup bersama, beranak-pinak lalu saling meninggalkan.
Alangkah kacaunya cinta seperti itu. Cinta butuh kesiapan; materi, kedewasaan, pengertian, dan tanggung jawab yang harus selalu diingat. Sebenarnya ketakutan pria untuk tidak bisa menjamin kehidupan yang layak untuk perempuan yang ia cintai itu hanya ketakutan yang tidak seharusnya dipelihara.Â
Kalian tahu apa yang perempuan (kami inginkan)? Kami hanya butuh disetiai dan tanggung jawab. Karena jika dua hal itu ada pada dirimu, kami tidak takut dengan kehidupan yang banyak tidak enaknya ini.
Pria yang bertanggung jawab akan berupaya untuk membahagiakan, mencukupi, mengayomi, menjadi pemimpin yang baik, dll. Dan prihal disetiai, biarlah hanya cokelat yang rela kami bagi-bagi. Serius, kami ini sebenarnya tidak ribet!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H