Saat pendakian ini, ternyata ada tuna netra yang justru ikut bersama relawan yang membawa barang karena staminanya yang baik dan tekadnya yang kuat. Salut dengan para tuna netra itu. Beberapa di antara mereka juga ada yang lebih kuat daripada relawannya. Applaus buat mereka. "Keterbatasan" ternyata tidak menghalangi tekad mereka. Ah, jadi ingat kata-kata seorang konsultan pendidikan, "Para difabel hanya ditutup satu kemampuannya, namun sebenarnya kemampuan lainnya dibuka."
Sesampainya di Pondok Seladah, para relawan juga setia menemani para tuna netra. Jalan yang licin dan becek tidak menjadi penghalang untuk menemani para tuna netra ke sana-sini. Meskipun hanya sebagian kecil rombongan yang sampai puncak karena hujan dan kondisi jalan yang becek, kami tetap bahagia. Masak bersama menjadi momen terseru saat pendakian ini. Kebersamaan terasa hangat, sehangat cokelat panas di antara dinginnya udara pegunungan.
***
Bukan ke mana, tetapi dengan siapa perjalanan itu ditempuh.Â