4. Jajanan Ala-Ala
Dari Mochi Lampion, kami berjalan kaki ke arah kiri dari depan gapura persis, menyusuri rute angkot sebelum kami sampai di Mochi Lampion. Sebenarnya, jalan kaki itu untuk mencari angkot menuju tempat jajanan ala-ala di depan sekolah. Angkot tidak nemu-nemu karena sebenarnya kami lupa nama SMA dan jalannya, hanya ingat bahwa jalan itu dilalui angkot sebelum ke Mochi Lampion. Akhirnya, kami jalan terus sampai di pertigaan besar pertama. Di sana, kami melihat bubur bunut yang tadinya kami inginkan, tapi ya sudahlah, sudah makan juga dan harganya tidak jauh beda. Jadi, kami meneruskan jalan kaki hingga pertigaan kedua. Di kanan jalan, kami beristirahat untuk sholat dan meluruskan kaki.
Selesai istirahat, kami memilih jalan kaki karena tidak yakin dengan rute angkot (ya… daripada nyasar). Dari masjid, kami menyeberang. Sekitar 1 km dari masjid itu, terdapat sebuah tulisan KUSUKABUMIKU. Kami memutuskan masuk ke jalan itu. Alhamdulillah, ternyata itu tempat jajan ala-ala.
Kenapa kami ingin makan di tempat jajan ala-ala. Pertama, ada bloger yang pernah makan di sana. Kedua, tempat itu lebih menarik daripada tempat tujuan kami sebelumnya, kecuali Mochi Lampion. Di sana, banyak terdapat makanan. Dari makanan Korea sampai makanan (jajanan) khas Sunda, seperti lumpia basah, cilok, batagor, tahu pedas, dan lain-lain. Harganya? Sesuai kantong pelajar, ya … namanya juga kawasan para pelajar (SMA dan SD).
Â
Apa saja yang saya dan teman-teman beli?
Odeng: Rp10.000
Rasanya lumayanlah.
Sebelumnya, saya tidak beli minum karena membawa infuse water cukup banyak.
Bibimbab: Rp15.000