Mohon tunggu...
finiez habeahan
finiez habeahan Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah cara sederhana untuk berbagi

Nemo dat Quot Non Habet

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Roti Hidup

10 Agustus 2024   21:45 Diperbarui: 10 Agustus 2024   21:49 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Akulah roti hidup yang telah turun dari surga. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia." Yohanes 6:40-51.

Saudara -saudariku yang terkasih, pada minggu tanggal 11 agustus 2024 kita memasuki minggu biasa yang ke XIX secara umum pada minggu biasa yang ke 19 ini kita diajak untuk melihat dan merasakan betapa baiknya Tuhan kepada kita.

Bacaan injil pada minggu ini adalah tentang roti hidup. Semua kita pasti mengenal roti dan pernah makan roti. Setiap kali kita makan roti hal yang pertama kita rasakan adalah enak dan kenyang. Namun pernahkah kita bertanya, adakah makanan yang pernah kita makan yang membuat kita kenyang untuk selamanya ? atau kenyang sepanjang hari? Saya pikir belum pernah ada makanan atau minuman yang membuat kita kenyang selamanya. Secara manusiawi kita memang harus makan supaya kita memiliki energi, memiliki semangat untuk melakukan pekerjaan kita.

Injil yang kita dengarkan tentang roti hidup bukanlah sembarang roti yang bisa kita beli di warung ataupun restoran ternama. Roti hidup yang dimaksudkan dalam injil adalah Yesus sendiri. Dikatakan dalam injil "Akulah roti hidup yang telah turun dari surga. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia."

Kita sebagai orang yang beriman tidaklah sulit untuk memahami perkataan tersebut karena kita setia merayakan iman kita. Dalam perayaan ekaristi kudus kita menyambut dan menerima roti hidup melalui komuni. Perayaan ini kita rayakan minimal sekali dalam seminggu. Pertanyaannya ialah apakah kita mampu untuk mengimani Allah sebagai roti hidup yang kita sambut melalui ekaristi?

Pertanyaan ini tentu menghantar kita pada sebuah refleksi. Pengalaman saya secara pribadi menyatu dengan Allah bukanlah hal yang mudah. Contohnya, setiap kali berdoa saya selalu mendoakan apa yang menjadi pengalaman hidup saya dan apa yang saya temukan dalam doa saya praktekkan dalam tindakan saya. Saya berkeinginan untuk melakukan hal ini secara terus menerus tetapi apa yang terjadi ? ketidak setiaan . Saya sering melalaikan hidup doa dan mengutamakan pekerjaan saya. Sekalipun saya berkata bahwa doa adalah nafas kehidupan saya, tetapi doa sering dinomor duakan.

Selain itu, dalam perayaan ekaristi terkadang saya tidak fokus ,tidak bisa hadir sepenuhnya dalam perayaan itu. Tidak bisa hadir karena memikirkan beban pekerjaan, perencanaan pekerjaan, bahkan memunculkan ide-ide yang kreatif. Saya sering kurang mampu mengontrol diri, sehingga dalam merayakan ekaristipun saya tidak sanggup untuk menenangkan batin dan pikiran saya. Jika hal ini yang terjadi apakah roti yang kusambut menjadi bekal bagi saya untuk memperoleh kehidupan yang kekal ? Barangkali tidak..

Dalam kehidupan sehari-hari, apakah saya sudah menunjukkan buah dari apa yang saya imani itu ? Tidak gampang kawan untuk menunjukkan buah-buah dari iman itu tapi saya yakin dengan niat dan ketekunan seraya mohon bimbingan roh kudus saya akan mampu menunjukkan buah-buah manis dari iman saya itu.

Jadi pesan singkat dari injil pada minggu biasa ke 19 adalah

1. Yesus adalah sumber hidup yang utama karena Dia adalah roti hidup.

Jika Yesus sendiri adalah roti hidup maka saya sebagai ciptaannya, sebagai anaknya saya hanya mampu bergantung padaNya. Segala sesuatu hanya dapat kutemukan pada Yesus. Cara yang bisa saya tempuh adalah dengan cara berdoa. Menjalin relasi yang intim dengannya melalui doa dan meditasi. Dalam doa pasti saya akan menemukan jawaban dari setiap peristiwa kehidupan.

2. Percaya kepadaNya

Percaya terhadap penyelenggaraan Ilahi adalah suatu mukzizat bagi saya. Saya percaya Allah bekerja dalam diri saya, melalui kesatuanku denganNya lewat santapan rohani. Yesus yang rela merendahkan dirinya dalam rupa roti dan menjadi santapan bagiku adalah suatu karya terbesar Allah dalam hidupku. Ketika saya mampu berpasrah dan percaya kepadaNya maka saya akan mengalami kelegaan. Salah satu pengalaman iman bahwa setiap kali selesai merayakan perayaan ekaristi  rasa damai itu selalu ada, sukacita itu selalu ada. Tentu ini menjadi salah satu karya nyata bahwa Allah bekerja dalam diriku. Saya pernah mencoba ketika saya memiliki banyak pekerjaan dan saya merasa mumet saya pergi dan ikut merayakan ekaristi. Selama ekaristi itu benar saya mengalami ketenangan dan kelegaan. Setelah ekaristi saya bisa tersenyum menyapa banyak orang kemudian saya pulang dengan semangat baru dan saya bisa menyelesaikan semua tugas saya dengan baik.

Pesan sederhana inilah yang menggugah hati saya. Menjadikan Yesus sebagai pusat hidup dan percaya kepadaNya inilah yang saya hidupi selama ini. Menjadi seorang biarawati Yesuslah yang menjadi kekuatanku dalam menjalani hidup panggilanku. DaripadaNyalah saya belajar bagaimana cara mencintai, berkorban hingga mengampuni. Yesus adalah seorang guru, Maha kuasa , Dia sanggup melakukan segala sesuatu tetapi Dia sendiri rela untuk merendahkan diri demi keselamatan umat manusia.

Dari seluruh karya Allah, sayapun mau menjadikan hidupku sebagai persembahan yang layak bagiNya. Mencintai dengan segenap hati dan rela berkorban, tahan menderita, bersatu denganNya untuk melanjutkan karya penyelamatanNya. Semoga lewat santapan rohani yang saya terima setiap hari menjadi kekuatan bagi saya untuk mewartakan karya keselamatan serta membangun kerajaan Allah ditengah dunia yang hiruk pikuk ini. 

Saya juga berharap semoga saya mampu menghayati dan membagikan buah-buah iman yang saya hidupi kepada banyak orang melali tugas pelayanan saya. Sehingga semua orang yang saya layani mengalami dan merasakan kebaikan Tuhan. Hingga nantinya  kita semua beroleh roti kehidupan itu.

semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun