Mohon tunggu...
finiez habeahan
finiez habeahan Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah cara sederhana untuk berbagi

Nemo dat Quot Non Habet

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Tips Mengatasi Productivity Guilt

30 Juli 2024   13:02 Diperbarui: 30 Juli 2024   13:06 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalian pernah rasakan Productivity Guilt, nggak ? Apa yang kalian lakukan untuk mengatasi hal tersebut ? Selama saya berkecimpung didunia pendidikan yang kaya aplikasi saat ini, saya sering mengalami hal ini dan itu sering terjadi di akhir semester. Dimana saya harus bergelut dengan banyak aplikasi yang membuat otak hampir eror.  Bukan hanya aplikasi saja yang eror tapi otak juga kadang hampir hank..hehehehe canda ya...

Nah, teman-teman productivity guilt adalah rasa bersalah yang muncul karena merasa diri tidak produktif. Perasaan tidak nyaman ini biasanya muncul saat kitamerasa kurang maksimal dalam bekerja keras, gagal menuntaskan apa yang sudah direncanakan, atau bahkan tidak melakukan apa-apa  yang menunjang pencapaian kita.

Biasanya ada dua hal akibat yang kita alami dari productivity guilt ini, yang pertama  saya akan menjadi gila bekerja  atau workaholic karena merasa tidak akan menghasilkan apapun jika tidak sungguh-sungguh bekerja, kemudia yang kedua adalah merasa tertekan dan lelah  dengan keharusan untuk produktif ini sehingga akhirnya tidak melakukan apa-apa.

Lalu bagaimana cara mengatasi productivity guilt ini? Naj, berikut ini saya bagikan tips sederhananya..

1. Fokus pada pilihan bukan keharusan

Teman-teman kata harus memang dapat memotivasi kita untuk bekerja sungguh-sungguh. Namun jika kata Harus terus-menerus digunakan,justru akan menciptakan perasaan tertekan. Nyatanya , tidak ada keharusan dalam melakukan apapun, kita diberi kebebasan untuk memilih. Tentu saja setiapp pilihan ada konsekuensinya.. Jadi daripada mengatakan " saya harus produktif" lebih baik kita berkata " saya memilih  untuk jadi pribadi yang produktif.. Coba saja kamu pasti mengalami perbedaan kalimat sederhana itu...

2. Fokus pada Intensi, bukan ekspektasi

Setiap hari kita punya ekspektasi tentang bagaimana hari  kita dipenuhi dengan hal-hal baik. Kadang kala hari yang kita jalani tak sesuai dengan ekspektasi. Emtah itu karena banyaknya interupsi atau distraksi yang terjadi. Saat keinginan tak sesuai ekspektasi kita akan dilanda rasa kecewa dan menyalahkan diri sendiri. Padahal bisa saja  interupsi yang terjadi memang tidak bisa dihindari.

Inilah sebabnya ada baiknya kita fokus pada intensi bukan ekspektasi. Intensi adalah alasan dibalik apa yang kita lakukan. Jika kita memang sudah berniat produktif, sudah berusaha optimal dan hasilnya tidak sesuai harapan, itu tidak apa-apa. Kita bisa geser sebagaianrencana kita untuk esok hari. Tidak perlu toxic terhadap diri sendiri karena kenyataannya  pekerjaan kita lebih banyak dari pada waktu yang tersedia

3. Fokus pada keunggulan, buka kesempurnaan

Kadang kita menjadi manusia yang tidak tau bersyukur. Kita sering merasa bersalah dan gagal karena tidak berhasil menuntaskan sebuah pekerjaan dengan sempurna. Padahal,manusia tidak dituntut untuk sempurna. Tapi, bukankah kita dituntut untuk bekerja sebaik mungkin? Betul. Itu namanya excellence yang artinya menjadi unggul dengan memberi ruang pada kesalahan yang mungkin terjadi. 

Sementara perfection adalah berusaha untuk sempurna tanpa memberi ruang pada kesalahan sekecil apapun. Mengejar kesempurnaan hanyalah menghasilkan stress yang tidak berujung.. So ,kejarlah keunggulan bukan kesempurnaan..

semoga bermanfaat...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun