Mohon tunggu...
finiez habeahan
finiez habeahan Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah cara sederhana untuk berbagi

Nemo dat Quot Non Habet

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Red Flag terhadap Diri Sendiri, Ini Tandanya!

21 Juli 2024   22:19 Diperbarui: 21 Juli 2024   22:39 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dikalangan anak muda kata red flag begitu populer. Istilah Red flag atau tanda bahaya dalam hubungan mengacu pada tanda peringatan yang menunjukkan perilaku tidak sehat atau manipulatif. Selain itu, istilah red flag juga sering kali digunakan dalam percakapan seputar hubungan yang beracun (toxic) atau penuh kekerasaN.

Pengalaman saya ketika mendampingi anak-anak yang masih tergolong remaja sudah mengalami hal ini. Tentu hal ini menjadi sebuah keprihatinan bagi saya karena diusia yang masih sangat muda belum waktunya untuk red flag terhadap diri sendiri. Saya mau bahwa diusia muda anak-anak remaja mestinya masih dalam tahap mengisi diri sendiri, mempersiapkan diri untuk menuju dewasa dengan berbagai pengetahuan yang berguna.

Namun apa daya sebagai seorang pendamping hanya bisa menolong dan mengerahkan mereka. Tentu yang menjadi penentu adalah diri sendiri. Barangkali teman-teman ingin tahu juga red flag itu seperti apa ? bahayanya terhadap diri apa? dan gejalanya apa saja? Nah, berdasarkan pengalaman saya dalam pendampingan anak-anak remaja beberapa tanda ini menunjukkan bahwa kamu sedang berada di zona red flag.

1. Kamu meragukan kemampuanmu

Ketika kita mulai meragukan kemampuan kita maka kita akan terus menerus membatasi diri dan berkata bahwa saya tidak bisa untuk melakukan suatu hal. Membangunkan orang jenis ini begitu sulit. Ketika saya mengalami hal seperti ini langkah yang pertama saya lakukan adalah meyakinkan diriku bahwa saya sama seperti orang lain yang bisa tampil, bisa berbuat seperti mereka. Bangun rasa percaya diri agar kita mampu seperti orang lain.

2. Haus validasi

Kamu tidak bisa tenang jika ada orang yang tidak menyukaimu. Kamu hanya akan bahagia ketika semua orang senang dengan kehadiranmu. Teman-teman ingat ya, kita hidup bukan untuk menyenangkan orang lain. Kita juga memiliki karakter,sifat yang berbeda-beda, memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Jadi kita tidak bisa memaksakan orang lain untuk menyukai kita. Jika kita disenangi, syukur. jika tidak berlapang dadalah. Jika kita haus validasi sama hal nya kita menjadikan diri sebagai budak orang lain.

3. Kamu berusaha mengontrol segalanya.

Kamu berusaha sebisa mungkin untuk mengontrol tindakan dan perasaan orang lain. Kamu tidak bisa tenang melihat orang yang melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan prinsipmu. Teman-teman, kita harus tau diri ya. Kita berhak untuk mengurusi diri-sendiri bukan mengurusi hidup orang lain. Seringkali kita sibuk mengontrol orang lain sementar kita lupa untuk memperbaiki diri. Teruslah membangun diri agar orang lain bisa belajar dari kita.

4. Kamu terlalu perfeksionis

Kamu terlalu takut jika melakukan kesalahan sekecil apapun itu. Kamu takut dan kamu kecewa jika ada hal yang tidak sesuai dengan rencanamu. Wduh, miris sekali ya. Kita ini bukanlah maksud sempurna yang bisa melakukan segala sesuatunya dengan baik tanpa kesalahan. Kesalahan bukanlah suatu kegagalan dan bukanlah suatu kehancuran yang membuat kita tidak sanggup untuk berbuat lagi. Kesalahan itu ada baiknya supaya kita tahu mana yang baik dan benar. Dari kesalahan kita juga bisa belajar tentang pentingnya sikap hati-hati, sabar ,tekun dan kesetiaan.

5.  Kamu tidak bisa menerima penolakan.

 Kamu terlalu memaksakan kehendak, bahkan ketika kamu tidak berhasil mendapatkan suatu hal tertentu. Ketahuilah hal ini akan membuatmu semakin kecewa. Siapa bisa menjamin kalau kita terus mengalami hal yang mujur. Banyak hal yang membuat kita mengalami penolakan, contohnya gaya bicara kita bisa membuat orang lain tidak senang dengan kita. Oleh karena itu, untuk mengatasi penolakan kita perlu menjaga lisan kita dan bertekun untuk memperbaik diri.

6. Kamu kurang empati.

Kamu menjadi tidak peduli kecuali terhadap masalah pada dirimu sendiri. Bahkan kamu tidak merasa emosional ketika melihat orang lain tertimpa musibah. Sikap ini sangat berbahaya ,kalau tidak sanggup kelevel empati barangkali perlu memupuk sikap simpati terhadap sesama supaya oranglain juga empati terhadap kita. Kita sebagai mahluk sosial tentu membutuhkan orang lain sebagai pelengkap hidup kita.

Semoga 6 tanda ini bisa membantu kita untuk mengenali dan mencegah red flag terhadap diri sendiri. Stip menjadi pribadi yang toxic.

semoga bermanfaat ...

salam literasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun