Malam yang sendu, suasana hangat yang membuatku ingin memutar memori selama empat bulan silam. Sungguh tidak terasa jika hari-hari ku berlalu begitu cepat. Aku adalah sibuk, yang mencari materi untuk menyelesaikan problem ku. Sampai-sampai aku melewatkan waktu berharga untuk menunaikan yang wajib.Â
Nyatanya, luang temanku tidak memberitahu jika perkara yang wajib akan segera disetor. Sedangkan aku si sibuk masih jauh dari kata selesai. Â Tapi tak mengapa, karena aku cukup memahami jika pencarian ku pada materi membuatku lebih dewasa. Bagaimana tidak?
Jika aku seorang gadis remaja yang ingin merasakan sebagaimana yang dirasakan teman sebaya, termasuk teman ku luang. Namun ibu ku tidak jarang tidak sampai menangis ketika mengadukan prahara rumah tangganya padaku. Mungkin awal-awal mudah saja bagiku menerimanya, dan seiring berjalannya waktu si sibuk  ini mengakui jika tertekan itu mulai hadir.
Tertekan hadir di lubuk hati yang dalam, merasuki lalu meracuni seluruh tubuh sampai berpengaruh dengan aktivitas yang lain, maka bertambahlah segala kesibukan  yang tidak memiliki kejelasan. Aku tidak berdaya dengan segala tuntutan. Akhirnya luang menghampiri sembari mengatakan, "Semua orang selama masih hidup, akan mengemban banyak tuntutan. Bukan berarti semua harus diselesaikan pada satu waktu. Percayalah sibuk! kamu adalah manusia kuat yang bisa melalui semuanya"
Detik ini, aku merindukan masa-masa bersama luang. Bersamanya meluangkan waktu untuk banyak membaca, mendengarkan, menulis, posting, dan share sebuah karya. Bagiku, karya mini yang dibaca sesama saja sudah menumbuhkan bunga di hati. Baik sibuk maupun luang, hakikatnya manusia sedang melayani ribuan hak-hak dan kewajiban. Tatkala menjalani dengan ikhlas dan lapang, keberuntungan berpihak padanya di dunia dan akhirat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H