Cara Berbicara Efektif agar terjadi Efektifitas, dengan tujuan pembicaraan yang tepat sasaran dan berdaya guna. Berikut cara-caranya adalah,
1. Cara Penyampaian Dalam Kondisi Mendadak
   Tetap berusaha untuk memberikan informasi saat ada kesempatan untuk bertemu lawan bicara. Seringnya mendadak terjadi karena ada  momentum, namanya momentum artinya tidak selalunya ada. Dengan momentum mendadak ini dituntut untuk tetap menyampaikan hal-hal yang penting, pokok-pokok pembicaraan, disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan memperhatikan waktunya.
2. Penyampaian Formal
   Sifatnya harus detail, stressing (penekanan) pada pembicaraan yang dianggap penting tergantung dari apa yang dibicarakan, waktu (karena pembicaraan normal biasanya memiliki batasa waktu) karena pembicaraan formal sudah direncanakan. Sehingga harus sesuai  dengan sitematika pembicaraan 3 kerangka, seperti pembukaan, isi dan penutup.
2. Penyampaian Dengan Hafalan
   Biasanya cara pembicaraan seperti ini sudah menyiapkan teks-nya untuk dihafal terlebih dulu. Contohnya, ditunjuk untuk berpidato. Cara ini juga seringnya ada dalam forum-forum normal.
3. Penyampaian Menggabungkan Formal dan Hafalan
   Contohnya ceramah, seminar dll. Ada kata-kata yang memang sudah disiapkan, namun ketika pelaksanaannya sendiri ada yang lebih daripada sekedar di hafal.Â
Selain ketiga cara tersebut, terdapat juga Gaya Bicara yang dapat mempengaruhi ke-efektifitisan pembicaraan. Selain faktor gaya berbicara yang penting masih ada faktor-faktor yang lain, seperti Penampilan dengan rincian penjelasan,
1. Berpakaian
  Terdapat ada filosofi Jawa tentang pakaian, "Ajini diri dumating tutur kata, Ajini rogo dumating busana" artinya adalah seseorang akan dihargai/dihormati/ dinilai karena gaya bicaranya dan seseorang akan dihargai dari dhohirnya karena pakaiannya. Dalam Islam orang yang berpakaian tertutup rapi tidak bisa disebut orang sombong. Terdapat 2 riwayat dari hadits "Sesungguhnya Allah adalah Maha Indah, dan mencintai keindahan",
  a) Rosulullah Shallahu 'Alaihi Wa Sallam didatangi oleh sahabat senior, kemudian beliau memasukkan tangannya ke air terus merapikan rambutnya dengan jari beliau.Â
  b) Rosulullah Shallahu 'Alaihi Wa Sallam ditanya dengan seseorang yang menyukai barang-barangnya yang baru, apakah mereka bisa disebut sebagai orang sombong.Â
Dari 2 riwayat ini lah seseungguhnya Islam sangat memperhatikan keindahan seseorang, termasuk dalam berpakaian. Maka ketika  ingin berbicara yang dapat tepat sasaran, tidak boleh cuek, acuh terhadapa pakaian yang akan dikenakan.
2. Pandangan Mata
   Jangan terlalu tajam melihat audience, jangan juga melihat hanya pada satu titik sehingga cuek dengan yang lain, dan jangan arahkan pandangan di luar selain audience kecuali sekedar untuk selingan pandangan.
3. Air Muka (Ekspresi)
   Ekspresi yang biasa saja, apa adanya. Tidak perlu ketika berbicara dengan orang lain memperlihatkan mimik wajah yang sedih, tidak peduli, bosan. Karena oranglain juga dapat merasakan ekspresi wajah lawan bicara.
4. Bahasa tubuh/gerak tubuh
   Jangan terlalu bergerak dengan berlebihan, jangan juga sampai tidak ada gerak tubuh. Sesuaikan dengan momen apa yang menjadi pembicaraan-nya. Contohnya jika motivator harus energik, kalau berbicara sebagai guru di ruang kelas tidak perlu bahasa tubuhnya seperti orang sedang berdemo.
5. Suara
   Setiap orang memiliki karakteristik suara masing-masing. Ada yang suaranya serak-serak basah, berat, melengking. Ketika berbicara juga harus memperhatikan seperti apa gaya suara yang tepat, maka juga harus menyesuaikan.
Sesi Tanya Jawab Seputar Tema di Atas,
Bagaimana ketika kita menjadi seorang pembicara dan kita dalam keadaan emosi?  Ketika dibuat emosi oleh salah satu audience maka langkah-langkah yang bisa dilakukan adalah
1. Â Harus disadari jika itu adalah emosiÂ
2. Beruapaya untuk mengalihkan fokus pembicaraannya agar emosinya reda terlebih dahulu
3. Apabila emosi terkait audience maka berusahalah untuk memaafkan
Hal ini pun akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, bagaimana karakternya tidak/ temperamen tidak, pengalaman dalam menghadapai audience, dan seseuai jam terbang, semakin tinggi jam terbang tentunya sudah terbiasa memiliki kontroling emosi dalam diri.
Bagaimana jika emosinya disebabkan sebelum manjadi pembicara, seperti karena masalah keluarga atau teman? Jika emosi disebabkan oleh apa-apa sebelum menjadi pembicara, maka hendaknya melakukan cara-cara berikut
1. Â Relaksasi sejenak untuk merdakan emosi
2. Membuang pikiran dan beban buruk
3. Berusaha untuk tersenyum
Ketika langkah-langkah tersebut sudah dilakukan, emosi akan menjadi terkurang meskipun hanya sekian persen.
Selamat Belajar Untuk Menjadi Pembicara Yang Baik, Pembicara Yang Bisa Tepat Sasaran:)
Rangkuman Mata Kuliah/Manajemen Humas
Rabu/ 22 Februari 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H