Teruslah untuk tersenyum bahagia..
Lupakan segalanya..
Perpisahan hampir tiba..
Dan gerbangnya sudah mulai terbuka perlahan.."
Kira-kira itu yang ku tuliskan disticky note yang disodorkannya. Kata-kata yang ku tulis untuk menggambarkan suasana hatinya yang menyembunyikan tangis dengan pecah tawa.Kata-kata yang kata terakhirnya membuatku menyesal menuliskannya dikemudian hari. Mungkin sampai hari ini, akan muncul perasaan terluka yang menyayat hati.
Suatu sore di hari Jum'at, aku mendapatkan berita duka. Seorang yang ku kenal meninggal karena sakitnya. Spontan aku ber-istirja' antara terkejut dan tak percaya. Aya yang disampingku bertanya, tapi aku hanya menjawabnya sekilas karena masih terfokus dengan suara di seberang telepon.
Setelah hari itu, diriku selalu dibayang-bayangi dengan kematian. Kembali sadar bahwa maut tak bisa diketahui kapan tibanya, aku berinisiatif memperbaiki hubungan dengan orang-orang, sekedar meminta maaf dan menyelesaikan hutang piutang jika ada. Aya termasuk dari daftar orang yang awal-awal ku ajak bicara, ia tersenyum dan juga balas meminta maaf kepadaku. Kami berdua tertawa, tak ada perasaan lain yang muncul, selain hangat ukhwah. Saling mendo'akan karena Allah Ta'ala.
Tak terasa ujian semester 1 telah selesai. Anak-anak mulai sibuk mempersiapkan ujian tahfidz, tak terkecuali kami anak kelas akhir. Namun ujian tahfidz kali ini agak berbeda suasana karena pandemi masih mewabah. Bahkan , Sebagian anak-anak mulai terserang gejala-gejala flu disertai hilangnya fungsi indra penciuman dan perasa, beberapa anak lainnya pun ada terserang demam.
Aku sendiri terkena demam sampai harus mengundur jadwal ujian. Saat itu juga, aku sama sekali tidak tahu menahu kabar anak-anak kamar lain, sampai kabar sakitnya Aya pun baru aku tahu menjelang perpulangan. Aku sempat bertemu dengannya sebelum pulang, terlihat kondisinya yang masih lemah.Aku menyapanya tanpa ada pertanyaan lain selain pertanyaan khas menunggu jemputan. Aya hanya menjawab singkat, tetap dengan senyumnya.Tak lama kemudian dia dijemput. Aku hanya melambaikan tangan dari jendela kamar karena kondisiku sama belum pulihnya.Aya berlalu, tak tahu jika hari itu akan jadi pertemuan terakhir kami.
Hari itu adalah hari ketiga liburan.Kebiasaan dirumah adalah, tidak membuka hp di pagi hari. Aku berusaha keras untuk tidak tergoda dengan suara notifikasi yang terus masuk sebakda shubuh.Jam baru menunjukkan pukul 06.00, suara notifikasi masih belum berhenti.Aku bertanya-tanya, sebenarnya ada apa sepagi ini orang-orang sudah ramai.
Karena rasa penasaran yang semakin kuat, akhirnya aku memberanikan diri membuka chat. Alangkah terkejutnya Ketika membaca pesan-pesan yang masuk.Saking tak percayanya, aku mencoa menjapri teman-temanku.Menanyakan keaslian kabar yang sedang ramai dibicarakan digrup.Temanku menegaskan, jika kabar yang sedang dibicarakan nyata, bukan hoaks.