Subhanallah, Maha Besar Allah atas takdir yang Dia tetapkan untukku dan keluargaku. Seketika tangisku pecah, deras tiada henti. Kutanyakan pada abi, apa yang terjadi di mesir, sehingga menyebabkanku harus kehilangan sosok kakak yang begitu ku sayang dan ku rindu. Tetapi jawaban abi sungguh membuatku terkejut, ternyata mesir hanya menjadi alibinya saja.
Aku sempat marah. Mengapa abi tidak mengatakan padaku dari dulu? Mengapa abi tidak pernah cerita tentang itu? Mengapa kak Zhie pergi dengan kebohongan? Mengapa harus jadikan mesir sebagai alibi? Mengapa? Apa salah jika abi memberitahuku? Apa abi tidak tahu jika aku sangat merindukan kak Zhie?. Hingga pada suatu hari pertanyaan itu terjawab sudah.
Sebelum kak Zhie pergi, ia berpesan pada abi dan umi, untuk tidak memberitahukan hal yang sebenarnya padaku. Ia tak ingin aku mencemaskan keadaannya. Ia tak ingin kepergiannya menjadi beban pikiran buatku.
Saat itu pikiranku kalut terbawa derasnya air mata yang mengalir. Betapa saat itu aku hanya akan menyalahkan keadaan. Tapi apalah daya dan upaya, Ketika takdir telah ditetapkan oleh-Nya, Rabb pencipta alam. Tiada satu makhluk pun yang dapat melawan, karna kita hanya dituntut untuk bertahan dan bersabar dari setiap cobaan yang datang, untuk mengukur kualitas keimanan kita sebagi seorang hamba.
Aku tahu, ditinggalkan oleh seseorang yang ku sayang memang sangatlah berat. Tapi apalah daya? Karena kita semua hanyalah titipan, yang suatu saat nanti pasti akan diambil Kembali oleh pemiliknya.
Teruntuk kakakku Zhie, berbahagialah engkau di sana dengan kenikmatan yang telah Allah janjikan padamu. Kak, karenamu aku terinspirasi oleh sosok 'khonsa'. Kau tahu kenapa? Karna aku tidak sepertimu yang mampu memperjuangkan jiwa dan ragaku untuk Allah.
Tapi aku berharap dapat menegakkan Din ini lewat generasi-generasi setelahku. Ya, aku ingin, selain menjadi adik dari seorang martyr juga menjadi ibu dari mujahid-mujahid yang tangguh. Aku pun ingin mendapat kemuliaan sepertimu. Bukan hanya di sisi manusia. Namun juga di sisi Allah.
Kak, aku tau kini kau dan aku berbeda. Namun di sini aku akan tetap yakin bahwa kau selalu ada, terbang layaknya burung di kehidupan abadi di bawah kedamaian. Hadirmu selalu kurasa, dan rinduku selalu ada. Peluklah aku dalam syafaatmu, dekaplah aku dalam damaimu. Aku di sini akan selalu menyimpanmu dalam setiap do'aku.
Salam rindu untukmu, kak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H