Mohon tunggu...
Fini RosyidatunNisa
Fini RosyidatunNisa Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Hobby saya adalah membaca, menulis, dan belajar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Allah Lebih Merindukanmu

24 Desember 2022   09:42 Diperbarui: 24 Desember 2022   09:55 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siang itu suasana begitu tenang, sama dengan hari-hari sebelumnya. Hanya saja ada satu hal yang membuat hari ini menjadi sebuah moment yang takkan terlupakan dalam sejarah hidupku.

Namaku haura. Aku adalah salah satu santriwati di pondok pesantren di jawa tengah. Siang itu saat matahari masih mengambang tenang di atas kepala. Saat aku masih disibukkan dengan aktivitas harianku, aku dikejutkan dengan sebuah i'lan yang memecahkan konsentrasi.

"Nidaan ila ukhtina Haura, alaiha bil hudhur ila hujrotil ustadzah 'ajilan."

Ya, panggilan itu tertuju padaku. Bergegas aku tinggalkan kesibukanku untuk memenuhi panggilan itu. Belum sampai di kamar ustadzah, ada seseorang yg memanggilku, "Haura..kemari!" serunya. Aku mempercepat langkahku untuk menghampirinya. Beliau langsung bicara padaku bahwa beliau mendapat amanah dari abi untuk mengantarkanku pulang. Tanpa kutanyakan alasannya, aku langsung bersiap untuk pulang. Meski rasa penasaran terus menghantuiku.

Singkat cerita,ternyata abi sudah menungguku di depan rumah. Segera kuhampiri abi, lalu kucium tangannya dengan takzim.

"Abi, kenapa abi ingin Haura pulang?"tanyaku.

"Umi mau bicara sama Haura." Jawab abi datar, dengan senyum tipisnya. Seperti dari raut wajahnya menyimpan sesuatu yang sangat berat. Ya Allah, apa yang terjadi? Ada apa dengan abi? Apa yang ingin umi bicarakan padaku? Batinku terus bertanya dan berharap ini semua akan baik-baik saja.

Aku melangkahkan kaki menuju kamar umi. Betapa terkejutnya aku, melihat umi tersungkur lemas dengan tangisan yang semakin menderas. Ya Allah, siapakah yang tega melihat malaikat pelindungnya menangis? Hatiku sungguh pedih melihat air mata umi yang terus mengalir.

Aku merengkuhnya, kutanyakan apa yang membuatnya menangis. Namun tak sepatah katapun yang terucap dari bibirnya. Hanya ada isak tangis yang membuatnya kelu untuk mengungkapkan sesuatu. Dengan sabar aku menunggu jawaban itu. Hingga terucap darinya sebuah nama yang membuatku semakin tenggelam dalam tanya, kak Zhie.

Kak Zhi adalah kakak laki-lakiku yang berada jauh di negeri sebrang. Kutanyakan pada umi, apa yang terjadi dengan kak Zhie? Namun lagi-lagi hanya isak tangis yang kuterima. Tak lama abi datang, mengelus lembut kepalaku dan menjelaskan semuanya.

"Sabar ya nduk, kak Zie telah mendapatkan kemuliaan tertinggi di sisi Allah.." jelas abi lembut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun