Mohon tunggu...
Fingga Martin
Fingga Martin Mohon Tunggu... Penulis - Penyair Jalan

CP: fingga.martin86@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kontras

18 Agustus 2019   16:55 Diperbarui: 18 Agustus 2019   17:03 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi by pinterest

Redup pendar cahaya itu,

Sayup-sayup tatapan yang membatu.

Ada yang terjerat di antaranya,

Lagi malu meminta untuk singgah.

Kendati di balik bilik rumah;

Bangunan utuh yang entah.

Namun kian memaksa lebih lama,

Sampai esok,

atau mungkin lusa.

Berjuang bersama?

Asas apa yang batasi percikan sinar,

saat saling rampas bola mata?!

Kemudian berenang-renang,

hingga tak menemukan satu pun sudut karang,

untuk bercerita.

Perihal gunung dan laut,

tiada sempat bersua.

Perihal fajar dan senja,

mustahil bersama.

Serupa mengukir pada air,

Dipahatnya sedari hulu ke hilir.

Lalu hanya peluh dan letih yang terlahir,

Karena sihir tak mampu mengubah takdir.

***

Cirebon, 23 Juli 2019

Fingga Almatin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun