Mohon tunggu...
Findriyani 20
Findriyani 20 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Studen exchange Institut Teknologi Bandung 2022

Orang yang senang membaca buku, mempelajari berbagai hal baru dan juga selalu mencari cara untuk mengembangkan diri secara profesional. Telah aktif dalam organisasi untuk pengembangan pribadi saya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kampurui, Pengikat Kepala dari Sarung Tenun Khas Sulawesi Tenggara

13 Desember 2022   21:41 Diperbarui: 13 Desember 2022   22:33 1349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia adalah negara yang kaya. Persis seperti daerah lainnya Sulawesi Tenggara memiliki atribut yang menjadi ciri khasnya sendiri. Sebagai bentuk kearifan budaya kampurui adalah sebutan untuk ikat kepala bagi laki -laki yang terbuat dari kain tenun. Kampurui ini biasa digunakan pada saat acara kebudayaan dan keagamaan.

Kampurui juga menunjukkan strata seseorang apakah dia golongan "Lalaki/ Kaomu" (Bangsawan), golongan "Walaka" (Penasehat), dan golongan "Papara" (rakyat). Kampurui ini memiliki makna sebagai sebagai tanda kebesaran diibaratkan sebagai jelmaan sang surya atau matahari yang bersinar menyinari alam raya. Simbol tersebut melambangkan sifat seseorang yang jujur, bijak, lemah lembut hatinya. 

Penggunaan kampurui ini sangat berkaitan dengan masa Kesultanan Buton dalam memerintah. Pakaian ini dipakai oleh seorang bangsawan seperti Kesultanan Buton dalam menangani pemerintahan, sehingga seorang sultan sangat berwibawa ketika memakai kampurui ini.

Saat ini kampurui bukan hanya digunakan oleh para petuah adat tetapi juga anak muda ketika menghadiri acara besar seperti pernikahan, keagaamaan, kebudayaan, dan lainnya. Hal ini juga mendorong semakin dilestarikannya produk lokal Sulawesi Tenggara.

Daftar Pustaka

Asis A, Herianah, Pelestarian B, Dkk. MAKNA LAMBANG PAKAIAN ADAT PERNIKAHAN BUTON PADA KAOMU DAN KELOMPOK WALAKA DI KOTA BAUBAU: STUDI SEMIOTIK. Diterbitkan Online 2020. Doi:10.36869/Pjhpish.V6i2.139

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun