Dear Pak Anies,
ini mantanmu pak. Mantan mahasiswi Universitas Paramadina, mantan anak magang di Indonesia Mengajar, mantan relawan Turun Tangan, mantan pendukung orang baik masuk politik, mantan yang sangat "mencintai" pemikiran bapak untuk melunasi janji kemerdekaan.
Pak Anies pasti lupa sama saya. Nama saya Octafiandri Hodir. Bapak selalu salah sebut nama saya, dari mulai Oktaviani, Oktafindri, Indri, Ndri atau apalah itu. Tapi saya juga tau diri kalau saya ini hanya mantan seperti butiran debu. Kalau bapak lupa saya, ini foto "kemesraan" kita dulu...
Kalau bapak masih belum ingat, ini saya ingatkan lagi wajah saya yang pas-pasan dan cuma pakai make up sehari-hari.Â
Sekarang sudah ingat kan pak?Â
Tulisan ini saya tulis dalam perjalanan dari Marburg menuju Berlin setelah merayakan Paskah dengan keluarga saya disini. Loh ini mantanmu yang muslim bukan?? Iya pak, ini juga mantanmu yang muslim. Kalau ada yang teriakin saya kafir buat saya gak masalah. Yang bisa mengukur kadar keislaman saya hanya Allah SWT.
Pak Anies, walaupun kita dipisahkan jarak lebih dari 10.000 km, bayang-bayang bapak selalu muncul dalam benak saya dan sayapun menjadi galau terutama semenjak musim pilkada DKI. Sebagai mantan yang baik tentu saya turut senang kalau bapak menang. Tapi ada beberapa ganjalan dihati yang membuat saya resah dan gelisah. Seperti mantan-mantan lain pada umunya, saya hanya bisa kepo-in bapak lewat medsos. Dari hasil ke-kepo-an tersebut semakin hari saya semakin kaget. Saya melihat bapak berubah haluan sangat drastis dan membuat saya kecewa.Â
Dulu saya direstui orang tua saya untuk kuliah di Universitas Paramadina selain karena Alm. Cak Nur, alasan lainnya adalah karena Pak Anies. Orang tua saya tahu bahwa Pak Anies adalah tokoh intelektual muslim yang bisa dijadikan role model penerus bangsa seperti saya ini. Mama saya juga dulu fans beratnya pak Anies loh.Â
Mama saya pernah bersalaman dengan bapak ketika saya ikut seleksi masuk Universitas Paramadina di tahun 2008 dan sejak itu mama saya kagum dengan bapak. Setiap ngerumpi dengan geng ibu-ibu soal perkuliahan pasti mama saya bilang Katanya Pak Anies itu "guuuanteng bangeeet, muda, cerdas, muslim pula dan auranya gimana gitu".Â
Jadi tidak heran kalau orang tua saya bangga walaupun saya sekarang hanya sang mantan. Semenjak saya pindah ke Jerman untuk menempuh studi master, orang tua saya selalu berpesan jangan sampai saya menjadi terlalu liberal, agar nanti ketika saya pulang ke Indonesia saya tetap bisa menjadi sosok modern dan cerdas, tetapi berkarakter keislaman seperti bapak.Â
Tapi selama pilkada DKI orang tua saya berulang kali bilang bahwa "Agama itu identitas, dan kamu jangan sampai salah bergaul seperti pak Anies".  Jujur saya telah kehilangan role model saya semenjak pak Anies tampil berpeci dan berbicara muluk-muluk soal agama. Tapi ya sudahlah...saya kan cuma sang mantan...
Pak Anies, walaupun saya tidak punya KTP Jakarta tapi suatu saat nanti saya ingin kembali ke Jakarta dan mengabdikan diri di tanah air tercinta. Maka dari itu sebagai mantan yang baik saya ingin berpesan kepada bapak jika bapak terpilih menjadi Gubernur DKI:
1. Jangan merubah image Jakarta sebagai ibu kota yang netral dan modern menjadi ibu kota yang konservatif
2. Jangan merubah nilai ke-Indonesiaan di Jakarta menjadi nilai ke-arab-araban
3.. Pak Anies harus ingat bahwa Indonesia bukan negara islam melainlan negara demokrasi dengan penduduk mayoritas muslim terbesar di dunia.
4.. Jangan robek tenun kebangsaan menjadi potongan kain perca kebangsaan.
5. Yang terakhir jangan pakai peci terus pak, bapak lebih guanteng dan berwibawa kalau pakai jas :)
Dari mantanmu,
Octafiandri Hodir
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H